Dear Purnama
Hai, bagaimana kabarmu? semoga
kebaikan selalu menyertaimu. Apa yang membuatmu gelisah? Berhentilah
mengkhawatirkan apa yang akan terjadi esok. Jika kamu masih saja keras kepala
dan terus melakukannya, kupastikan kerutan di bawah mata dan di sudut bibirmu
akan semakin bertambah. Kumohon berhentilah. kamu bisa gila jika terus
memikirkan apa saja yang tidak berjalan sesuai dengan keinginanmu. Belajarlah
untuk rileks. Bukankah dunia ini hanya senda gurau, itu kata Tuhan loh, bukan
banyolan kosong dariku. Tak ada yang perlu kamu khawatirkan selama kamu teguh
berpegang pada kebenaran dan berusaha menjadi hamba Allah SWT yang
sebaik-baiknya. Salah satu kegelisahan yang selalu aku sepakati darimu adalah kegelisahanmu
akan ketidakadilan diluar sana, itu menandakan bahwa kamu masih waras. untuk
yang satu itu aku harus belajar darimu. saat ini aku mulai kehilangan
getarannya.
haha kamu mungkin sudah muntah,
tanpa ba bi bu, aku menggempurmu dengan deretan nasihat-nasihat, mungkin
picisan menurutmu, tapi percayalah aku tidak membual. aku lebih tua 33 tahun
darimu. bagaimanapun, garam dan asam yang telah aku kecap jauh lebih banyak
darimu, aku sudah seluas danau, kamu baru seluas kolam ikan dirumah ibu ayah di
kampung.
Oh yah, kamu tentu kaget dengan
surat misterius ini. Di akhir surat,
akan kuberi tahu siapa diriku, tapi jika kamu menanyakan aku tinggal dimana,
apakah aku masih hidup, apakah badanku membungkuk karena penyakit osteoporosis,
atau hal-hal yang bersifat real, maafkanlah, aku tak punya daya untuk
menjawabnya. Tapi aku berjanji, akan menjadi teman yang bisa diajak
berimajinasi, siap memberikan sekontainer nasihat, atau menjadi gudang
sampahmu, whatever you want!