Seperti sunami, wabah vickynisasi menerjang setiap individualisasi yang ada di muka bumi indonesia ini. Hotnya berita Si Dul pun terkilling diganti dengan komentar-komentar bergaya vickynisasi setiap orang yang memiliki akses internet dan sosial media. Tanpa direalize, vickynisasi sebenarnya sudah menjadi gaya bahasa yang sering kita temukan, terutama di kalangan generation yang menamakan dirinya intelek muda, profesional, aplikatif, sininisme, nihilisme, marxisme, liberalisme, religius, eksekutif, yudikatif, legislatif, dan banyak lainnya. Coba tengok di kampus-kampus, lembaga-lembaga baik profit maupun nonprofit, di instansi-instansi negara, organisasi-organisasi, dimana-mana anda akan menemukannya dengan sangat mudah.
Why so serious then???
Oh iya, bukan serius, tapi cuma meledek, mentertawakan, looking down, dan semacamnya. Kitakan lebih bagus gaya bahasanya, lebih paham, lebih intelek, dan lebih waras dari vicky.
Bukan begitu?
begitu....
eh bukan....
auh ah elllap
Nb: oh iya, mereka yang sangat sering menggunakan kata-kata serapan nan rumit adalah para marxis. Buktikan sendiri dengan membaca artikel-artikel mereka. LOL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar