Minggu, 15 Desember 2013

Surat untuk purnama #5

Purnama

hows life? it has been a while, i haven't replied your letter. i just can blame my activities, i think it was really alienated. it happened at the month where i should celebrate life "November", poor me. you know, my weight are going decrease, and he blames me all the time then. but, one think that i'm really afraid is, wheter i have done useful for the people or not?

when i wrote this letter, i was at hasanuddin airport and it was raining out there. i already met my family, my real life. and several minutes later, i have to flight to another life. what an evil the system that we called capitalism,who separates us from our life.

makassar 15 desember 2013

Minggu, 17 November 2013

Mesin Pengingat #1



Serasa baru kemarin dentuman suara petasan dimana-mana menyambut tahun baru 2013. Tiba-tiba sekarang sudah berada di penghujung tahun 2013. Umur juga semakin bertambah. What have I done for these almost 28 years then? heemmm. oooh saya tahu. I’ve wachted a lot of movies,  dan sangat sedikit yang bisa nyantol di memori saya terutama terkait nama, judul, sutradara, bintang, tahun, tempat, dan tanggal. does it sound embarrassing? whatever....

Dua minggu ini  di sela-sela kerja, atau di kosan saat pulang kerja, saya menyempatkan diri nonton film. Beruntung, there is a lot of movies storage called server 70 at the office. hasrat nonton saya benar-benar terpuaskan.

oke ada beberapa film yang sempat saya tonton dua minggu belakangan ini: Memento, 13, The Heat, Wolverine, dan Prisoner (server 70); Thor dan Adriana (bioskop). saya tidak akan mampu  meresensi semuanya. saya terlalu malas untuk itu. godaan hujan gerimis lebih kuat mengajakku melakukan hibernasi. saya hanya akan memberikan sedikit komentar, semoga bisa menjadi alat bantu untuk mengingatnya kelak.

Memento
Ah Rumit
Film yang rilis di tahun 2000 ini direkomendasikan oleh wawan. katanya film ini adalah film favorit dia. dia bahkan menjadikan tattoo bertuliskan remember Sammy Jankis di tangan kiri leonard (Guy Pierce) sebagai quote andalannya. server 70 lagi-lagi memilikinya. kesan pertama menonton film ini beraaat ma meeen. menoleh sebentar, saya langsung kehilangan alur cerita dan bingung. jujur saya tidak betah menontonnya. jika tidak membaca review dan rekomendasi wawan yang mengagung-agungkan film ini, saya pasti menyerah. Alurnya maju mundur, terdiri dari dua sekuense dan bertemu ditengah dengan ending yang sangat amat tidak jelas. saya sempat protes ke wawan, kenapa film dikatakan keren jika disajikan dengan alur yang rumit, susah dimengerti, dengan ending yang terserah mau diinterpretasikan seperti apa. Menurutku, film yang bagus adalah film yang mampu menyampaikan pesan ke penonton dengan baik dan utuh. yah selera beda-beda, saya ternyata tidak begitu menikmati film-film christoper Nolan, sama seperti saya kebingungan sewaktu keluar dari bioskop seusai menonton inception.  kecuali film batman-batmannya, lumayan saya sukai.

13
deg-degan
film ini gila. menegangkan. sebenarnya tidak terlalu istimewa. Cuma saja jenis judi yang dimainkan di film tersebut benar-benar diluar akal sehat, namanya roulette games asal Rusia. ah saya terlalu malas menuliskannya. intinya Vincent anak muda yang dililit utang ingin memperoleh uang dengan jalan pintas, dia mencuri surat berisi instruksi melakukan sebuah pekerjaan sangat  rahasia.  Sesampainya di tempat rahasia tersebut, dia diberi nomor urut 13 dan disuruh mengikuti permainan paling gila dan tidak berperikemanusiaan. ada beberapa partisipan yang mengikuti game ini, dan dinikmati dengan sangat kejam oleh penonton-penonton dari kalangan rich, mereka bertaruh atas nomor participant yang dipilihnya. di ronde pertama, setiap participant disuruh membuat lingkaran dan diberi revolver dan satu peluru, mereka diminta memutar revolvernya,  kemudian setiap orang harus menembak orang didepannya. dironde kedua diberi 2 peluru, ronde ke tiga diberi 3 peluru, begitu seterusnya, dan yang memenangkan permainan adalah yang tidak mati sampai ronde terakhir. Vincent dengan nomor urut 13 berhasil memenangkannya. sayangnya dia harus ditembak mati oleh penonton lawan taruhannya di ending. film ini ditulis dan disutradarai oleh Gela Babluani. yahhh film setres yang lumayan menambah pengetahuan perjudian saya.

Adriana
Mengecewakan
Dari awal membaca synopsis pelem ini, saya langsung berniat menontonnya di bioskop. saya sangat mengapresiasi Sophia Latjuba karena telah mau memproduseri film berjudul Adriana. cerita yang diangkat dari Novel Adriana karya Fajar Nugros dan disutradarai oleh dia juga. Bercerita tentang sejarah patung-patung dan landmark yang ada di Jakarta. Ini patut diapresiasi ditengah-tengah menggilanya Dewi Persik dan Julia Peres di dunia perfilman sinting Indonesia.
Sayangnya, film ini mengecewakan. kelihatannya digarap dengan tergesa-gesa, tidak serius, dan asal jadi. Dialognya kasar, banyak sekali kejanggalan yang sangat fatal, terkesan memaksakan dan gak nyambung. Agus Kuncoro aduhhhhh actingnya aneh. Film ini diselamatkan oleh Indra Lesmana. Yah Soundtracknya diciptakan oleh Indra. salah satunya angel on my side yang dinyanyikan sendiri oleh Eva Celia, saya sangat menyukainya. oh yahhh seluruh anggota keluarga Sophia bermain di film ini. mereka seperti sedang reuni. haha

Thor
Salah alamat
Satu-satunya alasan saya menonton film ini, adalah karena konon ditutupnya lapangan Banteng beberapa bulan lalu karena disana ada Crish Hamsworth (Thor) sedang shuting. Saya pikir Thor inilah hasilnya. sepanjang film saya terus menunggu mana lapangan Bantengnya? Sampai lampu exit menyala, tak ada sedetikpun scene lapangan Banteng, Indonesia bahkan tidak disebutkan sama sekali. Penonton (saya) kecewa sodara-sodara. Telisik punya telisik ternyata Hamsworth waktu itu tidak sedang shuting untuk film Thor, melainkan untuk film Chiber dondonkkkkk. hahahah. salah alamat ternyata.
over all, film ini asik, saya sangat menikmatinya. Natalie Portman kelihatan lebih cantik. saya menyukai kisah percintaan mereka yang kelihatan sangat tulus.

The heat
Kocak
Sandra Bulllock dan Melissa McCharty tanpa diragukan lagi selalu berhasil bermain dalam film komedi.  Di film ini Bullock berperan sebagai Special agen FBI, yang selalu berhasil dalam setiap kasus yang ditanganinya, namun tidak ada seorangpun yang menyukainya di kantor, karena perilakunya yang aneh, sombong, dan ngebos. sementara McCharty berperan sebagai detektif di Boston yang dikenal kejam, pemarah, dan menghabiskan waktu di jalan  menciduk para pengedar narkoba bahkan para lelaki hidung belang sekalipun. mereka dipasangkan untuk mengejar gembong narkoba di Boston. lucunya berhasil, namun tidak dengan adegan ledakan bom dan mobilnya, untuk film sekaliber hollywood tidak harusnya dibuat seceroboh itu.

Prisoner
Penasaran setengah mati
saya membayangkan penjara dan kehidupan narapidana-narapidana yang ada di dalamnya, ketika mencopy film ini ke flash disk. bayangan saya ternyata salah. Film ini bercerita tentang misteri penculikan anak dari keluarga Keller Dover (Hugh Jackman) dan Franklin Birch (Terrence Howard). Kasus ini ditangani oleh detektif handal Loki (Jake Gyllenhal).  film ini menyajikan teka teki yang sangat kompleks. menggiring penonton untuk mencurigai hampir semua orang yang ada dalam film tersebut sebagai penculiknya. meskipun berdurasi cukup panjang dua setengah jam, film ini berhasil membuat saya terpaku di depan layar dan di buat penasaran setengah mati.

Kammanjo

Minggu, 03 November 2013

Surat untuk Purnama #4


Terimakasih sudah membalas suratku.

Jika bukan karena janji, aku berencana ingin ngambek dan tidak dulu membalas suratmu. Isi suratmu yang pertama agak menyinggungku, kau menudingku nenek-nenek  yang  sok tahu. Kau tahu, semakin berumur seseorang, semakin dia menjadi sensitif. Tapi aku memaklumi, kamu anak muda yang masih impulsif, aku tahu kamu tak bisa menahan isi benakmu terkerangkeng dikepala tanpa kamu konversi menjadi kata-kata (menyakitkan sekalipun). Aku yang menawarkan model komunikasi macam ini, kau tahu aku tak akan melanggar janji, jadi tenang saja.

Suratmu yang terakhir membawaku kembali ke masa-masa saat kuliah di Tanah daeng, kemudian mengungsi ke Tanah Babe. Hidup di Tanah Daeng memang keras, tapi di Tanah Babe tidak kalah kerasnya. Di Tanah Daeng mudah menemui orang-orang membentak-bentak atau memaki di jalan raya, di Tanah Babe pun begitu. Tetapi, Tanah Babe lebih mengerikan dan lebih memprihatinkan menurutku, disana penduduknya tiap hari dicekam rasa takut, was-was, dan tidak percaya kepada siapapun. Di angkot-angkot preman menodong dengan sangat vulgar, berceramah tentang utamanya berbagi dan peduli kepada gelandangan, dari pada menjadi preman lebih baik meminta-minta katanya, dan kemudian menyayat-nyayat kulitnya dengan silet (sampai sekarang aku tak mengerti maksudnya apa), selanjutnya meminta atau tepatnya menodong dengan tarif minimal yang sudah dia tentukan, dan memaki-maki penumpang yang tidak memedulikannya. Ada pula yang membawa anak berumur beberapa bulan, sempoyongan memalak para penumpang dengan semburan bau alcohol dari mulutnya, aku masih ingat wajah bringas itu, keterlaluan! Di setiap sudut Tanah Babe, kita bisa menemukan pengemis, gelandangan, atau orang gila. Orang yang masih tenang-tenang saja dan tidak gelisah dengan kondisi seperti itu patutlah dipertanyakan kondisi psikologinya.  

Selain mental yang bobrok, ketidak mampuan Pemerintah menyediakan lapangan kerja dan pendidikan yang merata dan murah adalah pemicu itu semua. Sayangnya, sebagian besar dari penduduk Tanah Babe hanya melihatnya dari sisi yang pertama (mental bobrok) saja, mereka tak mampu melihatnya dari aspek yang lebih besar dan menyeluruh. Memandang rendah orang-orang miskin sebagai kelas tidak terdidik dan malas, tanpa melihat penyebab utamanya apa. Harusnya ada upaya memperbaikinya dari berbagai aspek!

Kehidupan di Tanah Babe (mungkin juga di kota-kota lain) mendidik penduduknya menjadi seperti mesin, tidak punya keinginan lain selain mengumpulkan uang dan hidup nyaman bersama keluarga. Untuk mencapai itu, sekali lagi, mereka menjadi sangat egois. apa kau merasakannya? setiap hari di jalan raya, kau tidak peduli lagi dengan orang-orang disekitarmu, tidak peduli ada kecelakaan di depan sana selama tidak menyebabkan kemacetan, sebaliknya kamu akan mengumpat karena macetnya jalan raya akibat ada dua orang anak sekolah meninggal tertabrak bus, kamu mengumpat dan panik karena gajimu dipotong akibat telat sampai ke kantor. Miris. Semakin maju perkembangan zaman, semakin mundur peradaban dan moral kita.

Tapi Purnama, betapapun menyebalkannya kota itu, selalu saja kita bisa menemukan malaikat-malaikat yang menjelma ke dalam bentuk manusia. Para pemulung itu, pedagang asongan, petugas kebersihan, aku melihat surga di mata mereka. Kesabaran, kejujuran, pantang menyerah, dan kerja keras mereka, membuatku merasa sangat kerdil. Senantiasalah mendoakan orang-orang seperti mereka Purnama.

Purnama, kita tidak akan membicarakan hal-hal yang terlalu pribadi, termasuk apakah rambutku sudah memutih semua, kapan aku menikah, siapa suamiku, apakah saat ini aku sudah punya cucu, apakah kondisi ekonomiku baik atau buruk, atau bagaimana detailnya caraku mendidik anak-anakku. Kita hanya akan membicarakan kondisi di lingkungan kita, atau apa saja yang terlintas dikepala, tentang pendapat, ide, ketidaksepakatan, dan semacamnya. Mengenai kehidupan pribadiku, biarlah menjadi misteri, begitu juga dengan kehidupan pribadimu, simpanlah untuk dirimu sendiri dan untuk orang-orang yang memang punya keterkaitan dengannya.

Nabi Muhammad SAW, manusia termulia yang pernah di ciptakan oleh Allah SWT, apa dia pernah menceritakan soal hubungannya dengan anak dan istrinya atau sahabat-sahabatnya? Tidak Purnama, dia hanya memberikan contoh dan kemudian di riwayatkan oleh orang-orang terdekat dan sahabatnya. Dia Manusia berahlak paling mulia tidak pernah dengan narsisnya menceritakan kehidupan pribadinya, apalagi merasa bangga dengan itu. Tidak ada satupun foto atau lukisan wajah Nabi Muhammad SAW yang beredar di muka bumi ini, dia tidak ingin dipuja! Lantas kenapa kita yang begitu banyak keterbatasan ini begitu ingin di puja? Apalagi sejak adanya Sosial Media yang dipopulerkan oleh Mark Zuckerberg itu. Tiba-tiba semua orang menjadi sangat narsis, tidak hanya mengapload fotonya tiap jam tiap hari, tapi juga menceritakan semua kegiatan sehari-harinya termasuk hal yang sangat pribadi sekalipun. menyedihkan karena kita juga menjadi bagian dari kegiatan gila itu.  

Oh ya, soal Gie, kamu ingat cerita Adam, katanya sewaktu Nikolas Saputra datang ke Tanah Daeng dalam rangka promosi filmya berjudul Gie? bukannya disambut teriakan histeris, dia malah didatangi sekelompok anak muda dekil gondrong bau keringat, protes karena Nikolas dianggap tidak pantas menjadi sosok Gie. Ah mereka iri saja dengan kegantengan Nicolas. hahaha. Bacalah sampai akhir, mungkin kamu akan kecewa pada beberapa bagian.

Aku sangat senang dengan cerita-ceritamu, aku seperti di serang de javu bertubi-tubi.

Terima Kasih Purnama
November 2046

Selasa, 29 Oktober 2013

Growing with You, Mickys

Jika di kampung, Mickys sangat jarang terlihat, berbeda halnya di rumah ini, Mickys meraja lela dimana-mana. Jika di kampung Mickys akan diuber semalaman suntuk karena berani-beraninya menampakkan batang hidungnya di rumah, di sini Mickys bebas lenggak lenggok di kamar mandi, di dapur, di tali jemuran pakaian, di terali jendela, di atas flapon, di laci meja, mengerat makanan, plastik-plastik, tripleks, celana dalam, sesukanya dia. Jika di kampung, hidup Mickys akan berakhir dengan ciaaaat bug bug $$///&&&!!!!anddead, di sini kami tak berkutik menghadapinya.

Kami diserang sekawanan, bukan sekawanan, tapi sekoloni Mickys, mulai dari buyut kakek nenek ibu bapak cucu cucu cicit cicit cit cit cit cit, kami tak berdaya, lontoooooong, eh toloooooooooong. Tak ada satupun di antara kami yang berani memegang tikus dan membuangnya, itu alasan kami untuk tidak membasmi mereka dengan racun atau perangkap atau lem. pernah sekali kami bersepakat untuk tidak menggubris mereka, bahkan tidak membicarakan mereka, kalau terpaksa, kami harus berbisik jika menyebut namanya. Konon si Mickys ini akan bertambah ganas jika ada yang menggosipinya, bahkan akan memanggil teman-temannya dengan jumlah yang jauh lebih banyak, ihhhhh ngeri. Sayang, trik kami untuk tidak menggosipi dan memakinya, sia-sia! Jumlah mereka semakin banyak, dan semakin mengganas.

Jika kami semua telah masuk kamar, mereka berpesta pora di luar, menghabisi semua makanan, jika makanan habis, papan-papan, plastik, dan triplekspun di kerat. Jangan coba-coba bangun di tengah malam dan langsung ke luar kamar dengan iler yang menempel di pipi, khawatir mereka akan mengkerubuti wajahmu, tidak lucukan, mukamu tersisa setengah karena dimakan tikus, dan diberitakan di media.

Mungkin got-got di luar sana tidak mampu lagi menampungnya, sehingga mereka mengungsi ke kosan kami. Sebenarnya saya malu menceritakan ini, ketahuan kosan saya jorok. huaaaaaa. Tapi hampir tiap hari kok kosan kami dibersihkan sama ibu kos, mungkin karena yang menghuni rumah tersebut manis-manis, makanya  si Mickys doyan. 

Lagi pula, hidup bersama mereka, menandakan bahwa saya masih seperti dulu, setia dengan hidup "memprihatinkan", ini penting, untuk menjagaku dari rasa pongah. 

Yahhh, i'm "happy" to be with you, Mickys! hiks hiks

Minggu, 27 Oktober 2013

Surat untuk Purnama #3


Purnama

Kenapa suratku belum juga kau balas. apa kau marah atas sikap reaksionerku? aku meminta maaf. aku tidak bermaksud mengerdilkanmu atau semacamnya. aku hanya masih agak bingung dengan surat tiba-tiba itu. sekali lagi, aku meminta maaf.

semoga kamu sehat selalu Purnama, diusiamu yang menghampiri 60. semoga penyakit nyeri tulang yang sedari kecil selalu menyerangmu tidak semakin parah. perbanyaklah minum susu kalsium. oh iya, apa kamu masih senang olahraga lari? mungkin sudah kau turunkan levelnya menjadi jalan cepat saja, tidak apa-apa, itupun sudah cukup. apa kamu mengkonsumsi anti aging? apa rambutmu sudah berwarna putih semua? oh Tuhan, aku sungguh penasaran bagaimana rupamu saat ini. kau tahu, entah kenapa, aku merindukanmu. kamu pasti jauh lebih bijaksana sekarang, aku masih sangat impulsif saat ini, keras kepala, dan terlalu keras pada diri sendiri.

Kemarin aku menghadiri acara anniversary kantorku. acaranya berantakan, tidak ada yang menarik selain door prize dan lomba goyang Cesar para cleaning service dan honorer. sebagian besar acaranya sangat simbolik, dimulai dengan penanaman pohon oleh Menteri, senam yang telat dan terburu-buru karena menunggu para pejabat sarapan atau entah apa, sambutan-sambutan, dan pelepasan merpati oleh para pejabat-pejabat. Sound systemnya kacau. Panggungnya mengarah ke tenda yang dikhususkan untuk pak menteri dan jajarannya. Kami yang ditugaskan  untuk datang,  hanya jadi penggembira. Perayaan itu sebenarnya bukan untuk instansi kami dan mesin-mesin di bawahnya, melainkan hanya untuk menyenangkan sang Tuan kita. Budaya kita sepertinya masih sangat susah untuk lepas dari yang namanya mendewakan atasan. Apakah kehidupan setara suatu saat benar-benar akan ada? aku mengeluh lagi, kuharap kau mengerti, presiden kita saja tak hentinya mengeluh tentang kehidupan pribadi dan partainya, seolah dialah yang paling menderita di negeri Indonesia ini. hahaha.

Saat ini aku membaca buku Catatan Seorang Demonstran, telat yahh, setelah tak menjadi mahasiswa, aku baru membacanya. Tak apalah, aku memerlukan buku-buku “galau” seperti itu, untuk menjagaku dari rasa mapan. Di buku itu, Gie menulis catatan harian sejak umur 15 tahun. diusia remajanya itu, Gie lebih banyak menulis tentang nilai-nilai pelajarannya di sekolah, teman-temannya, dan gurunya yang tak segan-segan dia katai  bodoh, atau teman-teman ceweknya yang dia sebut manis tapi bodoh. Sejak kecil, gie sudah mempunyai konsep hidup yang orang tuapun belum tentu memikirkannya. Sejak kecil dia sudah mengakui kalau dia tidak percaya agama, dia tidak percaya pada institusi pernikahan, sejak remaja ketertarikannya pada sastra memudar (bukan karena tidak menarik, tapi karena sudah dia khatami) dan kemudian level minatnya meningkat pada pelajaran filsafat. Aku baru membacanya di seperempat awal, anak muda itu memang tidak biasa.

Kau ingat masa-masa tahun 2000-an, sewaktu film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) sangat booming? Satu-satunya film indonesia yang tak bosan-bosan aku tonton adalah film itu. Adegan yang paling aku sukai adalah sewaktu Cinta di interogasi oleh teman-temannya di lapangan basket sekolah, apakah dia jatuh cinta pada rangga atau tidak, disertai tangis yang meledak Cinta mengakuinya, aku tak bisa berhenti memikirkannya. Menurutku adegan itu sweet sekali, actingnya natural, dan selalu membuat jiwa mudaku terpanggil kembali. Aku bisa mengulang adegan itu berkali-kali. hahaha. Sosok rangga dalam film itu, diidentikkan dengan Gie (menurut pengakuan sutradarnya Mira Lesmana dan Riri Riza), sosok pendiam, penyendiri, cerdas, suka sastra, atau jika dirangkum dalam satu kata, disebut cool. Disitulah letak kehebatan sebuah film Purnama, dia mampu mempengaruhi kepala remaja-remaja indonesia dalam waktu sepersekian detik. Anak-anak SMA waktu itu tanpa berpikir dua kali, menjadikan rangga sebagai defenisi cool, yang tadinya tak punya ketertarikan pada sastra, tiba-tiba menjadi suka sastra, yang tadinya cerewet tiba-tiba jadi kalem. Cewek-cewek tak mau kalah, berpenampilan persis seperti Cinta dan kawan-kawannya, dan geng-gengpun menjamur dimana-mana. Terlepas dari efek menimbulkan kepribadian palsu bagi remaja waktu itu, AADC menjadi tonggak bangkitnya perfilman indonesia, sebelum kembali berkubang dalam kenistaan gendre hantu jadi-jadian, pocong, dan sejenisnya. terus salah guwe, salah temen-temen guwe?

Oh ya hari ini, 28 Oktober 2013, semua orang memperingatinya sebagai hari Soempah Pemoeda. Jalanan ke kantor macet, entah sableng atau apa, ada sekelompok orang upacara di tengah jalan. sebuah acara musik di TV mempertontontankan lomba membaca Soempah Pemoeda dengan kostum macam-macam. Cuma sejauh itu, sebagian besar dari kita memaknai hari soempah pemoeda, sangat ceremonial, tidak lebih. sementara sekelompok pemuda yang turun ke jalan menuntut keadilan kemudian dikatai goblok. perkara benar dan salah sudah tidak jelas lagi batasnya dimana.

Purnama, aku telah bercerita banyak, kuharap kamu akan menepati janjimu, akan menjadi teman berbagiku.

Regards
Purnama
28 Oktober 2013


Selasa, 22 Oktober 2013

Surat untuk Purnama #2

Purnama

Aku baru saja membaca suratmu (yang sok tahu itu). Kau tau, aku tak bisa menunggu sampai malam untuk membalasnya. Kamu senang sekarang? Aku seperti ditodong dengan sekontainer tuduhan dan nasehat dari orang yang belum aku kenal dan tak kuketahui bentuknya seperti apa. sekontainer, kamu duluan yang menyebutkan box besi itu sebagai ukuran banyak, besaran, atau volume. Asal kamu tahu, akupun memiliki kemampuan mendramatisir yang mumpuni.

Jika menurutmu tidak sopan menyapamu dengan kata ganti kamu, mengingat umurmu 33 tahun diatasku (menurut pengakuanmu), aku tidak keberatan memanggilmu nek atau ibu? Kamu keberatan? Bisa kutebak, kamu pasti ibu-ibu berusia 60 tahun yang mengaku berjiwa muda dan tidak rela dipanggil ibu olehku. baiklah, anggap saja kita setara, jika kamu merasa berhak menasehatiku, aku akan berusaha memercayai bahwa kamu memang lebih bijak dengan ilmu dan pengalaman yang lebih banyak.

Menyebalkan, itu kesan pertama  yang kutangkap dari dirimu melalui surat itu, tapi jujur, aku terharu. aku tak bisa mengingat, kapan terakhir menerima surat dari seseorang. Surat-surat yang aku terima di email, tidak cukup untuk dikatakan surat, hanya berisi surat menyurat perihal pekerjaan, selebihnya berisi spam. suratmu, seperti angin segar di musim panas, namun membuatku masuk angin, menusuk sampai ke tulang-tulang. 

Aku tak bisa menerima, kamu menganggap aku kesepian dan diselimuti kebosanan. Di luar sana sangat bingar, bagaimana bisa kamu menyebutku kesepian? begitu banyak hal yang bisa dilakukan, jika aku diselimuti kebosanan, pantaslah jika kau sebut aku dungu. 

Purnama, banyak hal yang bisa membuat orang merasa kesepian dan tak berguna. Menyaksikan satu kampung penduduk makan nasi basi yang sudah dikeringkan sementara pemimpinnya bermandikan harta dan tahta, mendengar salah seorang keluargaku terbaring lemah kesakitan di rumah mertuanya dan tidak punya biaya berobat ke rumah sakit, melemparku jauh ke dalam satu sudut ruangan yang sangat asing dan sepi, perasaan sedih dan marah menyeruak menembus pori-poriku, dan yang lebih menyakitkan, kusadari aku tak berbuat apa-apa. yah aku memang kesepian.
Kamu pun pasti memahami, terkadang, kebenaran itu menyakitkan dan sulit untuk diterima.

Bagaimana mungkin saya melupakan cerita itu. Aku mendengar cerpen itu untuk pertama kalinya dari dia, baru kemudian membeli bukunya. cerita itu sudah kubaca beberapa kali. setelah membaca suratmu, aku membacanya sekali lagi. Kesoktahuanmu bahwa aku pemalas, tidak sepenuhnya benar. tapi, terimakasih sudah mengingatkan.

oh ya, saat ini usiamu 60 tahun? jika kita memang orang yang sama, aku sungguh penasaran, bagaimana rupamu saat ini. maukah kamu menggambarkannya disuratmu yang berikutnya? katamu kau tak punya daya untuk menjawabnya, tapi bisakah kau mengimajinasikannya untukku? aku bahkan tidak punya keberanian membayangkannya.

Tawaranmu untuk menjadi teman berimajinasi dan berbagi kuterima dengan penuh suka cita. Sikap reaksionerku di awal-awal kuharap tidak membuatmu tersinggung. Kamu tentu jauh lebih paham. jika kita memang orang yang sama, tentu kamu pernah melalui ruang dan waktuku saat ini. iya kan?



Regards,
Purnama
22 Oktober 2013

Minggu, 20 Oktober 2013

Surat untuk Purnama #1


Dear Purnama

Hai, bagaimana kabarmu? semoga kebaikan selalu menyertaimu. Apa yang membuatmu gelisah? Berhentilah mengkhawatirkan apa yang akan terjadi esok. Jika kamu masih saja keras kepala dan terus melakukannya, kupastikan kerutan di bawah mata dan di sudut bibirmu akan semakin bertambah. Kumohon berhentilah. kamu bisa gila jika terus memikirkan apa saja yang tidak berjalan sesuai dengan keinginanmu. Belajarlah untuk rileks. Bukankah dunia ini hanya senda gurau, itu kata Tuhan loh, bukan banyolan kosong dariku. Tak ada yang perlu kamu khawatirkan selama kamu teguh berpegang pada kebenaran dan berusaha menjadi hamba Allah SWT yang sebaik-baiknya. Salah satu kegelisahan yang selalu aku sepakati darimu adalah kegelisahanmu akan ketidakadilan diluar sana, itu menandakan bahwa kamu masih waras. untuk yang satu itu aku harus belajar darimu. saat ini aku mulai kehilangan getarannya.

haha kamu mungkin sudah muntah, tanpa ba bi bu, aku menggempurmu dengan deretan nasihat-nasihat, mungkin picisan menurutmu, tapi percayalah aku tidak membual. aku lebih tua 33 tahun darimu. bagaimanapun, garam dan asam yang telah aku kecap jauh lebih banyak darimu, aku sudah seluas danau, kamu baru seluas kolam ikan dirumah ibu ayah di kampung.

Oh yah, kamu tentu kaget dengan surat  misterius ini. Di akhir surat, akan kuberi tahu siapa diriku, tapi jika kamu menanyakan aku tinggal dimana, apakah aku masih hidup, apakah badanku membungkuk karena penyakit osteoporosis, atau hal-hal yang bersifat real, maafkanlah, aku tak punya daya untuk menjawabnya. Tapi aku berjanji, akan menjadi teman yang bisa diajak berimajinasi, siap memberikan sekontainer nasihat, atau menjadi gudang sampahmu, whatever you want!


Rabu, 02 Oktober 2013

TAOK


Kami ingin Anda memutarnya, membicarakannya, menyebarkannya kepada teman-teman di seluruh pelosok Nusantara. Kami bekerjasama selama tujuh tahun untuk membuka sebuah ruang agar masalah ini bisa dibicarakan tanpa rasa takut, dengan harapan bahwa hal ini dapat membantu Anda semua memperjuangkan kebenaran, rekonsiliasi, dan keadilan--Joshua Oppenheimer.

Saya kira, Ini merupakan hadiah paling berharga bagi bangsa ini,  dan mungkin akan mengguncang Indonesia, tepat sehari setelah sebagian orang--yang terus menutup mata terhadap kebenaran sejarah-- memperingati hari yang mereka sebut hari Penghianatan G 30 S/PKI. Ironisnya, hadiah ini didedikasikan oleh seorang sutradara asal Amerika, Joshua Oppenheimer,  yang menghabiskan waktunya selama tujuh tahun (2005-2012) di Medan Sumatera Utara untuk sebuah film dokumenter berjudul The Act of Killing/ Jagal.

Setahun sebelumnya, majalah Tempo menerbitkan Edisi khusus berisi pengakuan para algojo-algojo peristiwa 1965 yang merupakan pengembangan dari The Act of Killing. Sayangnya, tidak banyak orang yang bisa mengaksesnya, seperti ditelan bumi, majalah edisi oktober 2012 tersebut tetiba menghilang dari peredaran dunia real. Mungkin masih ada pihak yang belum rela membuka fakta sebenarnya, terkait apa sebenarnya yang terjadi di tahun-tahun paling berdarah di negeri ini, saat-saat dimana setengah juta orang dibunuh dan dihilangkan secara kejam. Tapi waktu berlahan akan mengungkap segalanya, arwah orang-orang tak bersalah itu akan terus bergentayangan menghantui dan menjadi mimpi buruk bagi para pembantainya, bagi para penguasa yang ditutup mata batinnya akan kebenaran sejarah. 

Jagal sejak setahun lalu telah menuai banyak penghargaan di dunia internasional, sementara di Indonesia sendiri, tempat dimana persitiwa tersebut terjadi, tidak mudah untuk diakses, jika tidak dikatakan terlarang. Ada beberapa lembaga yang berani memutar dan mendiskusikannya, tetapi tidak banyak dan tertutup, takut diserang kelompok-kelompok tertentu. Sejak pertama kali di putar pada Toronto International Film Festival 2012, sampai saat ini The Act of Killing telah memenangkan banyak penghargaan internasional, antara lain Panorama Audience Award dan Prize of the Ecumenical Jury dari Berlin International Film Festival 2013, Robert Award dari Film Academy of Denmark, Bodil Awards dari Asosiasi Kritikus Film Nasional Denmark, Penghargaan Aung San Suu Kyi pada Festival Film Internasional Hak Azasi dan Martabat Manusia 2013 Yangon Myanmar, Grand Prize pada Biogra film Festival 2013 di Bologna Italia, penghargaan Golden Chair dari Grimstad Short and Documentary Film Festival 2013 di Norwegia, dan Basil Wright Prize dari Royal Anthropological Institute Film Festival 2013 di Edinburgh Skotlandia. Bahkan, Situs agregator ulasan Rotten Tomatoes memberikan penilaian positif 97% dengan nilai rata-rata 8.8/10 berdasarkan 104 ulasan. Konsensusnya adalah, "Keras, mengerikan, dan sangat sulit untuk ditonton. The Act of Killing adalah bukti menakutkan dari kekuatan film dokumenter yang mendidik dan frontal.