Dear Purnama
Hai, bagaimana kabarmu? semoga
kebaikan selalu menyertaimu. Apa yang membuatmu gelisah? Berhentilah
mengkhawatirkan apa yang akan terjadi esok. Jika kamu masih saja keras kepala
dan terus melakukannya, kupastikan kerutan di bawah mata dan di sudut bibirmu
akan semakin bertambah. Kumohon berhentilah. kamu bisa gila jika terus
memikirkan apa saja yang tidak berjalan sesuai dengan keinginanmu. Belajarlah
untuk rileks. Bukankah dunia ini hanya senda gurau, itu kata Tuhan loh, bukan
banyolan kosong dariku. Tak ada yang perlu kamu khawatirkan selama kamu teguh
berpegang pada kebenaran dan berusaha menjadi hamba Allah SWT yang
sebaik-baiknya. Salah satu kegelisahan yang selalu aku sepakati darimu adalah kegelisahanmu
akan ketidakadilan diluar sana, itu menandakan bahwa kamu masih waras. untuk
yang satu itu aku harus belajar darimu. saat ini aku mulai kehilangan
getarannya.
haha kamu mungkin sudah muntah,
tanpa ba bi bu, aku menggempurmu dengan deretan nasihat-nasihat, mungkin
picisan menurutmu, tapi percayalah aku tidak membual. aku lebih tua 33 tahun
darimu. bagaimanapun, garam dan asam yang telah aku kecap jauh lebih banyak
darimu, aku sudah seluas danau, kamu baru seluas kolam ikan dirumah ibu ayah di
kampung.
Oh yah, kamu tentu kaget dengan
surat misterius ini. Di akhir surat,
akan kuberi tahu siapa diriku, tapi jika kamu menanyakan aku tinggal dimana,
apakah aku masih hidup, apakah badanku membungkuk karena penyakit osteoporosis,
atau hal-hal yang bersifat real, maafkanlah, aku tak punya daya untuk
menjawabnya. Tapi aku berjanji, akan menjadi teman yang bisa diajak
berimajinasi, siap memberikan sekontainer nasihat, atau menjadi gudang
sampahmu, whatever you want!
Aku berinisiatif mengirimkan surat ini buatmu, karena aku tahu kamu terus dihinggapi kesepian dan kebosanan, dan kamu masih belum menemukan pintu keluarnya. hidup ini memang seperti menelusuri labirin, jika kamu sering merasakan de javu, mungkin saja kamu memang kembali ke tempat yang pernah kamu lewati sebelumnya, berjalanlah terus, selalu ada hal-hal yang mengejutkan di depan sana, tanpa terasa kamu akan sampai pada gerbang penghujung kehidupanmu, disana kamu akan terbebas dari segalanya.
Jika boleh ku tebak, hari ini (waktu
bagian kamu), sabtu 19 Oktober 2013 tepat pukul 11.45 kamu belum juga mandi,
kamu bosan dengan bacaan yang kamu pinjam dari perpustakaan kantor, sahabatmu
yang saat ini sedang berada di bogor tak kunjung bisa dihubungi, kamu kesulitan
menemukan teman yang bisa diajak ngobrol tentang banyak hal sekaligus diajak
melakukan hal-hal gila, kamu sangat mencintai dan menjaga akhir pekanmu seperti
menjaga intan permata yang mahal, tapi di saat yang bersamaan kamu
menyia-nyiakannya dengan tidur sampai agak siang, dan kemudian bingung mau
melakukan apa. Aku tahu betul kamu
sedang diselimuti awan gelap bernama kebosanan. Semoga kedatanganku yang
mendadak ini bisa menjadi seberkas cahaya di kamarmu yang gelap gulita dan
pengap.
Kamu tentu masih ingat tulisan
Tolstoy berjudul ”Berapa Luas tanah yang diperlukan seseorang”?. aku tahu daya ingatmu agak
bermasalah, dan kamu pasti malas mencari buku itu lagi, jadi akan aku ceritakan
summarynya. nenek-nenek ini sungguh baik kan? begini ceritanya, seorang petani miskin bernama Pakhom berjuang
sekuat tenaga untuk tidak lagi bergantung kepada tuan tanah di kampungnya.
diapun membeli tanah
dengan menjual seluruh binatang peliharaannya dan harta yang dimilikinya tanpa
terkecuali serta meminjam uang dari
iparnya. Walhasil, dia berhasil menjadi petani yang memiliki tanah dan
independen. suatu hari ada seorang petani yang memberitahunya bahwa di sebuah
kampung di seberang sana, harga tanah sangat murah dan subur. Pakhom kemudian
menjual semua tanah dan hartanya dan mengajak seluruh keluarganya pindah ke
kampung tersebut, disana dia membeli tanah yang jauh lebih luas dan menaburinya
dengan gandum. Pakhom berhasil menjadi petani sukses. namun dia masih ingin
tanah yang luas untuk ditanami gandum. dia kemudian mendapatkan informasi dari
seorang saudagar, bahwa di negeri orang-orang baskhir, terdapat sebuah desa
yang memiliki tanah yang jauh lebih luas dari yang ada dikampungnya, dan sangat
subur. engkau akan mendapatkan tanah
yang sangat luas hanya dengan memberi penduduk setempat makanan dan minuman, kata
saudagar itu. Dengan keserakahan yang tak terbendung, Pakhom langsung menuju ke
desa tersebut. ternyata betul kata saudagar itu, Pakhom diperbolehkan memilih
tanah dan menentukan luas tanah yang diingininya dengan harga yang sangat
murah. Cuma saja, syaratnya agak berbeda, tanah yang dapat diperoleh Pakhom
adalah seluas tanah yang bisa dia kelilingi dalam sehari. Pakhom harus memulai
perjalanannya dari satu titik ketika matahari mulai terbit dan kembali ketempat
itu tepat ketika matahari terbenam. saya akan mengelilingi tanah seluas-luas
yang saya mampu, pikir pakhom. tibalah hari dimana pakhom akan berkeliling
menentukan luas tanah yang akan dia ambil. tepat ketika matahari memancarkan
cahayanya yang pertama di atas cakrawala, Pakhom memulai perjalanannya. Pakhom
berjalan lurus menuju arah matahari terbit, dia akan belok kiri ketika matahari
tepat diatasnya. ketika matahari tepat berada diatasnya, bukannya belok kiri,
dia malah terus melangkah lurus ke depan, agar supaya tanah yang diperolehnya
semakin luas. rumput di depan sanah sungguh subur, saya harus mendapatkannya
dahulu baru kemudian berbelok ke kiri. sampai matahari mulai terbenam pakhom
terus saja melangkahkan kakinya lurus ke depan, tubuh dan otaknya dibakar oleh
keserakahan yang tamak. baru ketika dia menyadari matahari akan terbenam, dia
baru memutar arah berlari
berkeliling menuju tempat pertama dia berdiri pagi tadi. dia hampir tidak bisa
bergerak karena kacapaian, kakinya berdarah dan terluka, tapi dia terus memaksa
diri berlari agar supaya bisa kembali ke tempat dia memulai perjalanannya.
Pakhom memang berhasil kembali, tapi
dengan memuntahkan darah dari mulutnya, juga nyawanya.
cerita yang sangat indah kan? semakin
kamu mengejar materi dunia, semakin kamu akan merasa kekurangan. aku tahu kamu bukanlah
sosok serakah seperti pakhom, tetapi kamu berada dalam lingkungan yang sangat
materialistis, aku takut kamu akan tergoda. jika orientasimu adalah materi,
kamu akan menjadi seperti si tamak pakhom. jika tidak ada pekerjaan, jangan
pernah melemburkan diri di kantor. pulanglah, istirahatlah, basulah jiwamu
dengan iman, dengan banyak berkomunikasi dengan Tuhan. isilah otakmu dengan
ilmu, jika kamu merasa otakmu lemah, kamu bisa mengisinya dengan hal-hal yang
ringan-ringan saja dengan membaca sastra misalnya. perbanyaklah waktumu
berkomunikasi dengan keluarga. sering-seringlah menelpon ibu dan ayah. mereka
semakin tua, dan mungkin kesepian. sering-seringlah pulang, selagi mereka masih
hidup.
Apa kamu merasa mual lagi? tahanlah,
aku tidak akan menambahkan nasihat lagi, akan kulanjutkan di lain kesempatan, di surat
yang berbeda. seperti janjiku sebelumnya, aku akan memberitahumu siapa diriku
sebenarnya. aku adalah Purnama dari masa depan. saat menulis surat ini usiaku 60
tahun kurang satu bulan. kamu kaget? aku memakluminya. lambat laun kamu akan
memahaminya. kita berada dalam raga yang sama, jiwa yang sama, roh yang sama.
kita hanya dipisahkan waktu.
aku akan menyuratimu lagi
kapan-kapan. aku akan sangat bahagia jika kamu membalas surat ini.
Love
Purnama
19 Oktober 2046
Tidak ada komentar:
Posting Komentar