Senin, 09 Juli 2012

Budaya dan Jebakan Betmen, gak nyambung, halah!

Sungguh beruntungnya kita dianugrahi Indonesia. Negeri yang selalu bermandikan cahaya. Negeri kepulauan yang sangat eksotis. Rempah-rempah melimpah ruah,  di negeri ini kamu bisa menemukan aneka ragam makanan yang totally different dan yummy.
Ada ribuan pulau di Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Marauke. Menurut data Departemen Dalam Negeri, pada tahun 2004, jumlah kepulauan di Indonesia sebanyak 17.504 buah, 7.870 telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama. Dari sekian banyaknya pulau tersebut, hanya sekitar 6.000 buah yang berpenghuni. Itupun sudah fantastis, mana ada Negara di belahan dunia lain yang memiliki kepualuan secanggih kepulauan kita.
Dalam setiap kepulauan terdiri dari bermacam-macam agama, adat istiadat, kebudayaan, dan bahasa. Bisa dibayangka begitu beragamnya penduduk negeri ini. dan sebagian besar dari kita menerima keberagaman tersebut dengan bangga. Tidak ada satupun sejarah yang menceritakan adanya pembantaian salah satu suku oleh suku lainnya karena merasa diri lebih unggul. Peristiwa sampit dan konflik di Poso adalah impact dari sistem social yang timpang, bukan karena mereka tidak bisa menerima perbedaan. Jikapun ada sekelompok orang berseragam putih yang selalu mengharamkan dan mengkafirkan semua yang tidak sesuai dengan pemahamannya, melakukan pengancaman dan pengrusakan, itu bukanlah representasi dari penganut agama tertentu. Jikapun negeri ini pernah dikejutkan oleh pengeboman ditempat ibadah, itu bukanlah wajah dari penduduk Indonesia, itu adalah pencilan yang sepertinya sangat susah di Kontrol.
Jadi sebenarnya, yang ingin saya katakan dari penjelasan yang berbelit-belit di atas adalah, saya selalu exited dan sangaaaaat kaguuum dengan keragaman budaya negeri ini. Ketika mendatangi sebuah acara pernikahan, hal yang paling saya tunggu-tunggu adalah ritual adat pernikahan baik itu pra nikah maupun pasca. Masyarakat kita rela repot setengah mati, bermata panda karena hanya tidur 3 jam setiap hari selama sebulan, ngutang kiri kanan, demi untuk melakukan ritual adat istiadat  nenek moyang dan memuaskan tamu undangan. Segala macam makanan nan lezat  disajikan, jika kamu menuruti lapar matamu,bisa dipastikan kancing celanamu akan lepas. Tidak usah beli rumah dulu setelah menikah, yang penting bisa berbagi kebahagiaan dengan yang lainnya dan memuaskan tamu. Tidak mengapa setelah menikah kerjaannya bayar utang, selama kehormatan dan nama baik keluarga bisa terjaga. Inilah yang disebut bersakit-sakit di atas kesenangan orang lain.
====
Hari Sabtu kemarin adalah hari yang paling membahagiakan bagi kawan kami Grenada dan Elvira. Mereka telah melepas masa lajangnya dan meresmikannya dalam pesta yang meriah. Bagi saya meriah karena dia memutuskan untuk melakukan pesta nasional dan pesta keluarga/adat. Gre berasal dari suku batak, yang saya tahu suku batak memiliki adat istiadat yang kental dan sangat dijunjung tinggi dimanapun mereka berada. Menjaga kehormatan dan nama baik marga adalah keharusan yang yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kamu tidak bisa menjadi bagian dari suku batak jika kamu individualis. Keluarga adalah nomor satu dan selalu dilibatkan dalam setiap moment. Bukan hanya keluarga inti, tapi keluarga jauh sekalipun. Jika dilanggar, maka akan ada yang tersakiti.
Dalam acara pernikahan batak, selalu ada sambutan dari pihak pengantin pria dan pengantin laki-laki. Selain itu selalu ada acara nyanyi-nyanyi dan yang paling penting tari tor-tor. Sayang sekali kemarin saya tidak menemukan tari Tor-tor, karenanya acaranya adalah acara nasional, sementara tor-tor itu untuk acara adat. Mulai dari ABG sampai nenek-nenek ikut bernyanyi lagu batak dan berjoget di depan pelaminan. Saking senangnya, saya mengambil posisi dimana saya bisa menyaksikannya mereka lebih dekat bernyanyi dan berjoget. Saya tersenyum-senyum sendiri melihat kebahagiaan dan keceriaan mereka, begitu kompak dan intimnya mereka. Semua bebas tertawa dan teriak. Kebudayaan Batak agak mirip dengan kebudayaan di Tanah Toraja Makassar. Mereka adalah pecinta daging-dagingan dan pesta yang melibatkan banyak orang dan menghabiskan budget fantastis. Hampir mirip juga dengan Manado dan Ambon, yang senang berpesta dan bernyanyi. Manado terkenal dengan joget poco-poco, ketika acara mendekati usai, tamu yang ada berjoget rama-ramai dengan gerakan yang sama. Jadi, orang Manado sudah mengenal Flash Mob jauh sebelum menjadi trend seperti saat ini.
Adat Batak juga memiliki kesamaan dengan adat bugis Sulawesi Selatan. Pihak pria harus mengeluarkan budget yang cukup besar bahkan tidak realistis untuk acara pernikahan. bagi suku bugis, uang yang diserahkan oleh pihak pria kepada pihak perempuan disebut uang panai. Semakin tinggi kasta wanita itu maka uang panainya juga semakin besar. Apalagi kalau sudah mapan dengan pekerjaan yang bagus, pendidikan tinggi, sudah naik haji pula, beuuuughhhh uang panai’nya bisa gila-gilaan. Takkala bunuhma’ saja (sekalian bunuh saya saja), istilah yang sering digunakan pria-pria bugis ketika menghadapi permintaan uang panai’ pihak keluarga perempuan. Makanya tidak heran jika banyak perawan tua di sana, karena mereka harus menerima konsekwensi kekolotan si uang panai’ itu. hanya sedikit wanita bugis yang mau dan mampu mendobrak tembok keangkuhan paradigma si uang panai’.   
Berbeda drastis dengan adat jawa. Kebudayaan jawa sangat kental dengan kesopanan dan ketatakramaan. Ketika kamu berkunjung ke acara pernikahan Batak, kamu akan mendengar hingar bingar suara musik bertalu-talu, nyanyian, gelak tawa, dan teriakan-teriakan kecil. Sementara di adat jawa yang kental, kamu hanya akan menemukan suara gamelang dan sinden yang menenangkan. Semuanya tiba-tiba melambat. Tidak ada acara joget-jogetan di tengah ruangan. Tidak ada embel-embel uang panai’ juga di adat Jawa.very simple.
======
Tulisan ngalor ngidul di atas hanyalah pendapat pribadi saya. Terinspirasi dari obrolan dengan bang Julius, yuyun, dan Ali di depan bengkel entah berantah saat pulang dari acara pernikahan Gre. Apes benar nasib kami hari itu.
Saya, Ririn, Rizky, dan Azmi sedang ingin menyebrang jalan mencari taxi untuk pulang ke kosan masing-masing. Saat itu jalanan sangat padat alias macet, dan tak ada taxi pula. Beruntung pertolongan datang. Sebuah mobil panter berhenti disamping kami. Dengan penuh suka cita kami naik. Di dalam mobil itu ada Panji, Yuyun, Julius, Ali, dan Andi. Jadi kami bersembilan di dalam mobil. Penuh, tak ada celah lagi. Mobil melaju dengan kecepatan hampir mendekati kecepatan orang berlari. Banyak percabangan tol di daerah PondoK Gede, dan kami memilih belokan pertama. Walhasil ternyata tol yang kami masuki mengarah ke bandung, padahal kami ingin ke Jakarta Pusat. Beruntung sang Kapten Panji lumayan hapal jalan. Karena saat itu tol juga macet parah, panji mengambil keputusan keluar tol. Tapi yang kami dapati macet yang lebih parah lagi. Mobil melaju dengan kecepatan mendekati kecepatan Gery Sponbob. Udara yang keluar dari AC mobil semakin lama semakin hangat. Keringat bercucuran. Bedak yang tadinya rapi menempel di wajah kami cewek-cewek, bertransformasi jadi seperti cat putih yang belum kering kemudian diguyur hujan. Hahah. Si Kapten Panji terus mengumpat. Jakartaaaa… Jakartaaaa… sampah.. sampaah sampaaaaaaaaahhhh. Sebenarnya saya ingin membantunya mengumpat, tapi ku tahan.
Perjuangan belum berakhir juga. Setelah setengah mati melepaskan diri dari antrian panjang keluar dari tol. Tiba-tiba mobil tidak bisa digas dan mati sendiri. Kamipun minggir di depan toko gorden dan memeriksa ada apa gerangan yang terjadi. Ternyata air kabulatornya habis. Sebenarnya bukan hanya mobilnya yang kehausan, kamipun penumpang langsung menyerbu swalayan dan mengisi tubuh kami dengan cairan. Setelah diisi air, mobilpun jalan.
Jangan dikira tantangan sudah berakhir. Setelah hanya bergerak sekitar 50 meter. Si Panter mogok lagi, tidak bisa digas. Kamipun minggir lagi, dan kali ini tepat di depan toko bangunan. Beruntung pegawai toko bangunan mau meminjamkan motornya untuk dipakai membeli solar. Dugaan sementara mobil kehabisan solar. Enaknya jadi perempuan di negeri Indonesia ini, selama ada laki-laki, kamu hanya perlu duduk manis sampai semua kekacauan (teknis) terselesaikan.
Alhamdulillah mobil mau jalan juga setelah di isi solar. Tapi tidak bertahan lama. hanya berjalan sekitar 50 meter, mobil mogok lagiiii. Huaaa. Panji sudah bercucuran keringat, mukanya berlipat-lipat. Setelah didiskusikan, kita perlu mencari bengkel. Tugas panji adalah bagaimana caranya mobil bisa bergerak merangkak menggapai bengkel yang hanyak kelihatan plangnya, kalau tidak mobil harus didorong. Good job Panji! Kami berhasil sampai ke bengkel tanpa harus di dorong.
Selama lebih dari dua jam kami kongkow-kongkow di depan bengkel. Saking lamanya kami lupa kalau bengkel itu milik orang lain. Hahah. Botol-botol, kantong kresek, dan sisa-sisa cabe gorengan berserakan dimana-mana. Dari sinilah pembicaraan mengenai adat istiadat pernikahan itu bermula. Pesan moral yang ditekankan sang ahli hukum Julius dan Andi, jangan remehkan harta gono-gini. Sebelum nikah, harta asal (bujangan) mesti dihitung baik-baik. Karena harta gono-gini itu adalah harta yang dihasilkan bersama setelah menikah, harta asal tidak termasuk. Jangan sampai ada acara bunuh-bunuhan di kemuadian hari karena persoalan harta gono gini.

Kamipun menyempatkan diri jepret-jepretan. Dengan senyum dan bau badan yang mulai mengecut, ciiiiiiiiiiiiiiirssssssssssssss


 What a long day. Tapi seruuuuuu.

 =====

8 Juli 2012
Paseban, Jakpus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar