Perasaan saya berkecamuk saat membaca ulasan tentang konser Sigur Ros ini. Beginilah nasib seorang pecinta musik Sigur Ros tapi terlalu ceroboh melewatkan konsernya yang entah kapan kesempatan itu akan datang kembali. Saya sudah tahu Sigur Ros akan konser di Jakarta sejak lama, tapi waktu seolah merambat begitu cepat, hingga di suatu pagi 10 Mei 2013 saya baru teringat kembali tentang Sigur Ros yang akan manggung di Jakarta. Saya kesetanan mencari info di internet, dan ternyata jadwalnya hari itu juga tanggal 10 Mei 2013. Terlambat sudah, semuanya sudah terlalu mepet. Sementara janji dan tiket sudah di tangan untuk menghadiri pernikahan teman di Solo pada hari itu juga.
Saya sempat berhaluan arah, membatalkan janji ke Solo, dan memilih menenggelamkan diri di tengah hiruk pikuk alunan musik Sigur Ros. Tapi adakah yang lebih menyakitkan dari janji dan kata-kata yang teringkari? selain itu tiketnya juga sangat mahal, Rp900.000 untuk kelas festival. Sejujurnya saya protes kenapa tiket konser mereka terlalu mahal (setidaknya untuk ukuran saya)? bukankah mereka pernah bilang popularitas, limpahan uang, dan publikasi membuat mereka tidak nyaman. Lantas ini apa? seharusnya tiketnya tidak semahal itu. ah, sudahlah. Mereka telah menjadi bagian dari industri musik yang sangat kapitalistik ini.
Membaca ulasan konser ini "Sigur Ros, Tarian Cahaya, Hiburan Visual dan Orgasme Jiwa" membuatku menyesal dan iri seberat-beratnya. hiks. Saya ingin sekali menikmati orgasme musik mereka. Itu saja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar