Ingin kusumpal mulutnya
dengan bangkai tikus yang sampai saat ini masih aku simpan manis di gudang. Yah
suatu saat bangkai tikus itu pasti akan berguna untuk memberinya pelajaran.
Pelajaran yang mungkin belum pernah dia rasakan selama hidupnya.
Mulutnya terus nyerocos tak
karuan. Pernah aku menyaksikan film action based
on true story berjudul public enemy di
ruang perpustakaan mereka, pemeran utamanya Johnny Depp, berperan sebagai
perampok bank. Perampok-perampok itu tak
pernah segan memberondong musuhnya dengan senjata tanpa ampun. Semacam itulah
berondongan omelannya. Aku heran, kok ada bapak-bapak cerewet luar biasa
seperti itu. Setahuku yang ditakdirkan memiliki sifat doyan ngomel itu adalah
perempuan. Mungkin dulu dia lagi nyusup ke kelompok perempuan sewaktu Tuhan
membagikan sifat ke mahluknya.
=========
Dari keluarga mereka, aku semakin mempercayai sifat Tuhan yang Maha Adil. Si cerewet itu ditakdirkan memperistrikan seorang yang sangat pendiam. Dia hanya mengeluarkan suara ketika koleksi film drama koreanya menghilang. Dan tidak tanggung-tanggung, dia akan teriak histeris meraung-raung. Mungkin begitulah caranya melepas depresinya yang terpendam selama bertahun-tahun mendengar suara berisik suaminya. Dia memang jarang berbicara, namun perasaan, kegiatan, dan semua hal tentang dirinya selalu diumumkannya lewat status FB, twitter, dan bbm. Dia lagi bahagia, sedih, sakit perut, jalan-jalan ke luar negeri, suaminya tidak pulang, mood berantakan karena lagi Pra Menstruasi (PM), bahkan dia mau boker saja harus dilaporkan dulu di status entah di FB, Twitter, atau bbm. Positifnya, dia adalah tipe istri yang setia dan patuh, tak pernah sekalipun mengeluh tentang suaminya yang cerewet dan temperamental.
Mengenai kegemarannya up
date status, aku tak pernah membacanya langsung, tapi majikannya becce (musuh
bebuyutan majikanku---sejujurnya aku tidak suka memanggil dia majikan jika
tidak butuh duitnya) selalu memberitahuku. Sewaktu hamil pertama dua tahun
lalu, dia melaporkan hasil tes kehamilan, selanjutnya foto janinnya secara
regular di bbm, FB, dan twitter. Sayang sekali Tuhan berkehendak lain, bayinya
lahir secara premature dan meninggal
di usia 2 hari di dalam incubator dengan tenang, sangat tenang malah, suster
baru tahu kalau bayinya meninggal 2 jam kemudian. Waktu itu aku mecoba
meramalkan kejadian itu akan membuatnya untuk tidak terlalu mengumbar urusan
pribadinya lagi ke publik. Tapi aku hanyalah seorang pembantu pembangkang,
bukan peramal. Dia malah semakin menjadi-jadi.
Sama seperti ibu-ibu pejabat
kebanyakan, majikan perempuanku itu senang sekali belanja, perawatan di salon
dan menyasak rambutnya sampai setinggi terowongan sumpang labbu, dan ikut arisan sana sini.
Jika suaminya ke luar kota, dia pun tidak pulang ke rumah. Aku tak pernah
mencari tahu kemana saja dia. Dia memang pendiam, tapi dia tetap punya teman
nongkrong ibu-ibu kaya raya. Sejak menikah dengan suaminya yang cerewet itu,
dia memutuskan untuk berhenti bekerja dan tinggal menikmati sekontainer uang
yang dihasilkan suaminya.
Majikanku yang cerewet itu dulunya
adalah seorang dosen. Namun karena kebanyakan proyek dan terlalu banyak
berkecimpung di dunia politik, akhirnya memutuskan untuk berhenti. Selanjutnya
dia fokus menjadi kontraktor dan sudah dua periode menjadi anggota DPRD
Provinsi. Beberapa kali aku melihatnya nongol di TV nasional dengan mulut
berbusa-busa. Dia tidak pernah menerima tamu di rumah. Sepertinya dia memilih
bertemu dengan klien dan tamunya di restoran atau hotel. Aku tak pernah mencari
tahu gaji anggota DPRD dan
penghasilannya sebagai kontraktor berapa per bulan. Yang aku tahu hartanya
melimpah. Mobilnya berderet di garasi. Kata becce, majikanku itu adalah tuan
takur alias punya banyak tanah dan rumah di luar kota. Namun belakangan ini,
namanya sering disebut-sebut di TV karena tersangkut kasus korupsi. Mungkin
saja dia jadi semakin uring-uringan karena
kasus itu.
Yang membuatku bertahan di
tempat itu adalah koleksi buku dan filmnya yang lengkap tersusun rapi di lemari
antik dilengkapi sound system canggih
dan tv flat yang lebarnya sama
seperti layar tancap yang sering aku tonton waktu kecil dulu di kampung.
Kesibukan mereka yang padat, pergi subuh, pulang tengah malam, membuatku
leluasi melumat buku-bukunya, dan jika bosan membaca, aku tinggal selonjoran di
sofa empuk dan memilih film-film koleksi mereka, tentunya bukan film korea
koleksi istrinya.
========
Ayahku meninggalkan kami
(aku dan ibu) sejak aku masih dalam kandungan. Sejak saat itu ibuku tak pernah
mau berbicara tentang dia lagi. Sewaktu kecil aku sering menanyakan ayah
kemana, dan ibu hanya menjawab, ayah telah meninggalkan kita. Tapi dari desas
desus orang di kampung, ayah meninggalkan kami untuk perempuan lain di kota.
Akupun sebenarnya tidak peduli dengan dia. Toh dia tidak memiliki peran apapun
dalam hidupku selain spermanya yang menjadi cikal bakal tubuhku yang segede
gaban ini.
Ibu membesarkanku seorang
diri dengan berjualan burasa’ di dekat sekolah dasar di kampung. Aku bisa
sekolah sampai SMA, itu karena burasa’. Terimakasih Tuhan engkau telah memberi
ibu yang luar biasa dan ide kepada manusia untuk menciptakan burasa’. Ibulah
yang membekaliku semangat yang tidak bisa kubayangkan besarnya seperti apa
untuk menjalani hidup dan menjadi lebih baik lagi. Akan kujalani penderitaan
seberat apapun untuk bisa mewujudkan mimpiku, untuk tidak menjadi biasa-biasa
saja.
Setamat SMU, kuputuskan
untuk bekerja. Ibu sudah tua, sudah saatnya aku yang mencari nafkah. Di
kampung, hanya ada dua pilihan pekerjaaan, menjadi PNS atau menjadi petani. Di
antara kedua pilihan itu, tak satupun yang bisa ku raih bahkan dalam mimpi
sekalipun. Sukses di kampung adalah ketika menjadi PNS. Katanya untuk menjadi
PNS harus punya duit minimal 50 juta dan kenalan di Pemda atau dinas-dinas di
kota. Selain itu harus punya ijazah D3 atau S1. ah peduli setan dengan itu
semua, aku juga sama sekali tidak berminat jadi PNS. Aku berminat jadi guru,
tapi tidak menjadi guru di sekolah (PNS) yang mengajar berdasarkan kurikulum dan
buku yang hanya mengkerangkeng imajinasi murid-muridnya. Menjadi petani, ibu
tidak punya sawah atau tanah untuk berkebun. Aku juga tidak ingin jadi penjual
burasa’. Aku harus membanggakan ibu. Aku
harus lebih baik dari ibu.
Kata ustad di radio yang
sering diputar ibu, rejeki itu ada dua macam, pertama rejeki yang datang dengan
sendirinya dan yang ke dua adalah rejeki yang harus dijemput.
"Kita tidak pernah tahu kapan rejeki tipe pertama itu datang menghampiri kita ibu. Aku tak akan bisa sabar menunggu ketidakpastian rejeki jenis ini" ungkapku ke ibu suatu pagi.
"Kamu sudah besar sekarang nak! sudah tamat SMU. Jika disuruh memilih ibu ingin terus berada disisi kamu, memastikan kamu baik-baik saja. Tapi ibu tidak akan seegois itu, ibu membebaskanmu memilih jalan hidupmu sendiri. Ibu minta maaf tidak bisa menguliahkan kamu seperti anak-anak lainnya. Jika kamu merasa perlu pindah ke kota dan mencari rejeki di sana. Ibu hanya bisa berdoa semoga apa yang kamu cita-citakan bisa terwujud". Jawab ibu dengan suara tertahan sambil mengusap rambutku.
Aku tidak bisa lagi mengeluarkan suara. Mataku rasanya panas, dadaku berdegup kencang. Yang aku rasakan saat itu, rindu yang memuncak kepada ibu.
=======
"Kita tidak pernah tahu kapan rejeki tipe pertama itu datang menghampiri kita ibu. Aku tak akan bisa sabar menunggu ketidakpastian rejeki jenis ini" ungkapku ke ibu suatu pagi.
"Kamu sudah besar sekarang nak! sudah tamat SMU. Jika disuruh memilih ibu ingin terus berada disisi kamu, memastikan kamu baik-baik saja. Tapi ibu tidak akan seegois itu, ibu membebaskanmu memilih jalan hidupmu sendiri. Ibu minta maaf tidak bisa menguliahkan kamu seperti anak-anak lainnya. Jika kamu merasa perlu pindah ke kota dan mencari rejeki di sana. Ibu hanya bisa berdoa semoga apa yang kamu cita-citakan bisa terwujud". Jawab ibu dengan suara tertahan sambil mengusap rambutku.
Aku tidak bisa lagi mengeluarkan suara. Mataku rasanya panas, dadaku berdegup kencang. Yang aku rasakan saat itu, rindu yang memuncak kepada ibu.
=======
Aku memang berhasil untuk
tidak menjadi penjual burasa’, tapi cuma bisa jadi pembantu rumah tangga. Sungguh menyedihkannya hidupku. Ibu
masih jauh lebih baik, dia merdeka menentukan hidupnya, tidak berada di bawah
kontrol siapa pun.
Tapi ini adalah pilihan. Aku
pernah mecoba menjadi pegawai di toko mesin foto copy namun hanya bertahan
sebulan. Aku tak tahan berdiri sepanjang hari, nyaris tak ada waktu untuk
sekedar membaca koran milik koko yang mempekerjakanku, sungguh membosankan hanya
membolak-balik kertas sepanjang hari tanpa sempat untuk membacanya. Kemudian
aku beralih menjadi cleaning service
di sebuah toko buku dengan harapan aku bisa mencuri-curi waktu untuk membaca
buku. Jauh panggang dari api, aku hanya ditugaskan membersihkan toilet dan
tidak boleh melakukan apapun selain membersihkan sisa kotoran para pengunjung
itu. aku hanya bertahan sebulan. Itupun karena aku butuh uang untuk membayar
kos-kosan dan makan.
Sampai suatu hari aku
ditawari sama temannya tetangga kosanku bernama becce untuk menjadi pembantu
rumah tangga di samping rumah majikannya. Awalnya aku sama sekali tidak
berminat. Tapi becce bercerita bahwa rumah itu selalu sepi ditinggal oleh
penghuninya yang sibuk bekerja. Wah boleh
tuh, artinya setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, ada waktu untuk
melakukan hal lain.
Akhirnya jadilah aku
pembantu rumah tangga dan sampai saat ini sudah bertahan selama setahun. Apa
yang membuatku bertahan? Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, perpustakaan dan
koleksi film itu. sudah lebih dari separuh buku di lemari itu kukhatami,
filmnyapun sudah ludes kutonton. Genre buku yang paling aku sukai adalah sastra dan sains. Aku sudah
bisa sedikit-sedikit berbahasa inggris karena kebanyakan nonton film Hollywood
dan ngobrol dengan si empret kucing kesayangannya majikanku yang jarang pulang.
Meskipun menghadapi
majikanku seperti mencemplungkan kepala kedalam bak berisi air yang pekat dan
bau sampai aku tidak bisa bernafas, tapi akan kucoba bersabar sampai tabunganku
cukup. Dua bulan lalu, diam-diam aku mendaftar SPMB di salah satu universitas negeri
ternama di kota ini. aku memilih jurusan ekonomi pembangunan dan sastra
inggris. Sepertinya Tuhan mulai membuka jalanku untuk beralih profesi dari babu
menjadi mahasiswa. Aku lulus di jurusan ekonomi pembangunan. Sebulan lagi
perkuliahan sudah di mulai. Setelah menjadi mahasiswa tentu akan lebih mudah
mendapatkan pekerjaan misalnya mengajar part
time, atau menjadi penjaga toko buku. Yah sebulan lagi…
======
Jam baru menunjukkan pukul 5
pagi, si majikan laki-laki berisik itu sudah ngomel kiri kanan.
"Saya bilang semir sepatuku yang warna hitam! Kenapa malah yang warna coklat yang disemir? dasar goblok! bla bla blaa. ngiung ngiung ngiung ngiung"
"Tadi malam bapak ngomongnya tidak jelas" jawabku singkat.
Dia mendorong jidatku sampai aku tersungkur ke lantai. Anehnya aku tak merasakan perasaan sedih dan marah sedikitpun. Ini bukan kali pertama aku salah mengerjakan perintah dan dia tidak segan-segan menampar atau meludahiku. Dia itu kalau ngomong terlalu cepat dan tidak jelas. Jika aku bertanya ulang, dia akan marah dan menuduhku budek. Yah aku memang berangsung-angsur budek sejak tinggal disini. Jika dia ngomel, suaranya berangsur-angsur berubah menjadi suara lalat.
"Saya bilang semir sepatuku yang warna hitam! Kenapa malah yang warna coklat yang disemir? dasar goblok! bla bla blaa. ngiung ngiung ngiung ngiung"
"Tadi malam bapak ngomongnya tidak jelas" jawabku singkat.
Dia mendorong jidatku sampai aku tersungkur ke lantai. Anehnya aku tak merasakan perasaan sedih dan marah sedikitpun. Ini bukan kali pertama aku salah mengerjakan perintah dan dia tidak segan-segan menampar atau meludahiku. Dia itu kalau ngomong terlalu cepat dan tidak jelas. Jika aku bertanya ulang, dia akan marah dan menuduhku budek. Yah aku memang berangsung-angsur budek sejak tinggal disini. Jika dia ngomel, suaranya berangsur-angsur berubah menjadi suara lalat.
Aku bangkit dari lantai dan
menuju dapur membuatkan sarapannya. Setiap pagi dia selalu kubuatkan nasi
goreng teri dan telur mata sapi setengah matang, serta satu gelas susu kalsium
coklat. aku mengambil bangkai tikus di gudang yang aku simpan sejak lama dan
menguleknya dengan bumbu nasi goreng, anggap saja ini sebagai pengganti terasi.
Sebenarnya aku ingin menaruh racun tikus di susunya. Tapi tidak kulakukan. Aku
takut dosa dan tidak ingin masuk penjara, bagaimanapun aku berutang budi
padanya, aku telah menimba banyak ilmu dirumahnya. Pengganti terasi itu
sepertinya sudah cukup.
Setelah menyiapkan sarapan
dan membereskan seluruh pekerjaan rumah. Aku berkemas dan pergi.
Yahhh, impian itu akan
kujemput sendiri, dan membawanya pulang ke ibu.
Notes:
·
Burasa’
adalah makanan khas bugis terbuat dari beras ketan dicampur santan dan garam
sedikit, serta di bungkus daun pisang.
·
Ini
adalah cerpen pertama saya, horray.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar