Selasa, 12 Maret 2013

MENJEMPUT IMPIAN




Ingin kusumpal mulutnya dengan bangkai tikus yang sampai saat ini masih aku simpan manis di gudang. Yah suatu saat bangkai tikus itu pasti akan berguna untuk memberinya pelajaran. Pelajaran yang mungkin belum pernah dia rasakan selama hidupnya.
Mulutnya terus nyerocos tak karuan. Pernah aku menyaksikan film action based on true story berjudul public enemy di ruang perpustakaan mereka, pemeran utamanya Johnny Depp, berperan sebagai perampok bank.  Perampok-perampok itu tak pernah segan memberondong musuhnya dengan senjata tanpa ampun. Semacam itulah berondongan omelannya. Aku heran, kok ada bapak-bapak cerewet luar biasa seperti itu. Setahuku yang ditakdirkan memiliki sifat doyan ngomel itu adalah perempuan. Mungkin dulu dia lagi nyusup ke kelompok perempuan sewaktu Tuhan membagikan sifat ke mahluknya.
=========

Dari keluarga mereka, aku semakin mempercayai sifat Tuhan yang Maha Adil. Si cerewet itu ditakdirkan memperistrikan seorang yang sangat pendiam. Dia hanya mengeluarkan suara ketika koleksi film drama koreanya menghilang. Dan tidak tanggung-tanggung, dia akan teriak histeris meraung-raung. Mungkin begitulah caranya melepas depresinya yang terpendam selama bertahun-tahun mendengar suara berisik suaminya. Dia memang jarang berbicara, namun perasaan, kegiatan, dan semua hal tentang dirinya selalu diumumkannya lewat  status FB, twitter, dan bbm. Dia lagi bahagia, sedih, sakit perut, jalan-jalan ke luar negeri, suaminya tidak pulang, mood berantakan karena lagi Pra Menstruasi (PM), bahkan dia mau boker saja harus dilaporkan dulu di status entah di FB, Twitter, atau bbm. Positifnya, dia adalah tipe istri yang setia dan patuh, tak pernah sekalipun mengeluh tentang suaminya yang cerewet dan temperamental.
Mengenai kegemarannya up date status, aku tak pernah membacanya langsung, tapi majikannya becce (musuh bebuyutan majikanku---sejujurnya aku tidak suka memanggil dia majikan jika tidak butuh duitnya) selalu memberitahuku. Sewaktu hamil pertama dua tahun lalu, dia melaporkan hasil tes kehamilan, selanjutnya foto janinnya secara regular di bbm, FB, dan twitter. Sayang sekali Tuhan berkehendak lain, bayinya lahir secara premature dan meninggal di usia 2 hari di dalam incubator dengan tenang, sangat tenang malah, suster baru tahu kalau bayinya meninggal 2 jam kemudian. Waktu itu aku mecoba meramalkan kejadian itu akan membuatnya untuk tidak terlalu mengumbar urusan pribadinya lagi ke publik. Tapi aku hanyalah seorang pembantu pembangkang, bukan peramal. Dia malah semakin menjadi-jadi.
Sama seperti ibu-ibu pejabat kebanyakan, majikan perempuanku itu senang sekali belanja, perawatan di salon dan menyasak rambutnya sampai setinggi terowongan  sumpang labbu, dan ikut arisan sana sini. Jika suaminya ke luar kota, dia pun tidak pulang ke rumah. Aku tak pernah mencari tahu kemana saja dia. Dia memang pendiam, tapi dia tetap punya teman nongkrong ibu-ibu kaya raya. Sejak menikah dengan suaminya yang cerewet itu, dia memutuskan untuk berhenti bekerja dan tinggal menikmati sekontainer uang yang dihasilkan suaminya.
Majikanku yang cerewet itu dulunya adalah seorang dosen. Namun karena kebanyakan proyek dan terlalu banyak berkecimpung di dunia politik, akhirnya memutuskan untuk berhenti. Selanjutnya dia fokus menjadi kontraktor dan sudah dua periode menjadi anggota DPRD Provinsi. Beberapa kali aku melihatnya nongol di TV nasional dengan mulut berbusa-busa. Dia tidak pernah menerima tamu di rumah. Sepertinya dia memilih bertemu dengan klien dan tamunya di restoran atau hotel. Aku tak pernah mencari tahu gaji anggota DPRD  dan penghasilannya sebagai kontraktor berapa per bulan. Yang aku tahu hartanya melimpah. Mobilnya berderet di garasi. Kata becce, majikanku itu adalah tuan takur alias punya banyak tanah dan rumah di luar kota. Namun belakangan ini, namanya sering disebut-sebut di TV karena tersangkut kasus korupsi. Mungkin saja dia jadi semakin uring-uringan karena  kasus itu.
Yang membuatku bertahan di tempat itu adalah koleksi buku dan filmnya yang lengkap tersusun rapi di lemari antik dilengkapi sound system canggih dan tv flat yang lebarnya sama seperti layar tancap yang sering aku tonton waktu kecil dulu di kampung. Kesibukan mereka yang padat, pergi subuh, pulang tengah malam, membuatku leluasi melumat buku-bukunya, dan jika bosan membaca, aku tinggal selonjoran di sofa empuk dan memilih film-film koleksi mereka, tentunya bukan film korea koleksi istrinya.
========
Ayahku meninggalkan kami (aku dan ibu) sejak aku masih dalam kandungan. Sejak saat itu ibuku tak pernah mau berbicara tentang dia lagi. Sewaktu kecil aku sering menanyakan ayah kemana, dan ibu hanya menjawab, ayah telah meninggalkan kita. Tapi dari desas desus orang di kampung, ayah meninggalkan kami untuk perempuan lain di kota. Akupun sebenarnya tidak peduli dengan dia. Toh dia tidak memiliki peran apapun dalam hidupku selain spermanya yang menjadi cikal bakal tubuhku yang segede gaban ini.
Ibu membesarkanku seorang diri dengan berjualan burasa’ di dekat sekolah dasar di kampung. Aku bisa sekolah sampai SMA, itu karena burasa’. Terimakasih Tuhan engkau telah memberi ibu yang luar biasa dan ide kepada manusia untuk menciptakan burasa’. Ibulah yang membekaliku semangat yang tidak bisa kubayangkan besarnya seperti apa untuk menjalani hidup dan menjadi lebih baik lagi. Akan kujalani penderitaan seberat apapun untuk bisa mewujudkan mimpiku, untuk tidak menjadi biasa-biasa saja.
Setamat SMU, kuputuskan untuk bekerja. Ibu sudah tua, sudah saatnya aku yang mencari nafkah. Di kampung, hanya ada dua pilihan pekerjaaan, menjadi PNS atau menjadi petani. Di antara kedua pilihan itu, tak satupun yang bisa ku raih bahkan dalam mimpi sekalipun. Sukses di kampung adalah ketika menjadi PNS. Katanya untuk menjadi PNS harus punya duit minimal 50 juta dan kenalan di Pemda atau dinas-dinas di kota. Selain itu harus punya ijazah D3 atau S1. ah peduli setan dengan itu semua, aku juga sama sekali tidak berminat jadi PNS. Aku berminat jadi guru, tapi tidak menjadi guru di sekolah (PNS) yang mengajar berdasarkan kurikulum dan buku yang hanya mengkerangkeng imajinasi murid-muridnya. Menjadi petani, ibu tidak punya sawah atau tanah untuk berkebun. Aku juga tidak ingin jadi penjual burasa’.  Aku harus membanggakan ibu. Aku harus lebih baik dari ibu.
Kata ustad di radio yang sering diputar ibu, rejeki itu ada dua macam, pertama rejeki yang datang dengan sendirinya dan yang ke dua adalah rejeki yang harus dijemput. 

"Kita tidak pernah tahu kapan rejeki tipe pertama itu datang menghampiri kita ibu. Aku tak akan bisa sabar menunggu ketidakpastian rejeki jenis ini" ungkapku ke ibu suatu pagi.

"Kamu sudah besar sekarang nak! sudah tamat SMU. Jika disuruh memilih ibu ingin terus berada disisi kamu, memastikan kamu baik-baik saja. Tapi ibu tidak akan seegois itu, ibu membebaskanmu memilih jalan hidupmu sendiri. Ibu minta maaf tidak bisa menguliahkan kamu seperti anak-anak lainnya. Jika kamu merasa perlu pindah ke kota dan mencari rejeki di sana. Ibu hanya bisa berdoa semoga apa yang kamu cita-citakan bisa terwujud". Jawab ibu dengan suara tertahan sambil mengusap rambutku.

Aku tidak bisa lagi mengeluarkan suara. Mataku rasanya panas, dadaku berdegup kencang. Yang aku rasakan saat itu, rindu yang memuncak kepada ibu.


=======
Aku memang berhasil untuk tidak menjadi penjual burasa’, tapi cuma bisa jadi pembantu rumah  tangga. Sungguh menyedihkannya hidupku. Ibu masih jauh lebih baik, dia merdeka menentukan hidupnya, tidak berada di bawah kontrol siapa pun.
Tapi ini adalah pilihan. Aku pernah mecoba menjadi pegawai di toko mesin foto copy namun hanya bertahan sebulan. Aku tak tahan berdiri sepanjang hari, nyaris tak ada waktu untuk sekedar membaca koran milik koko yang mempekerjakanku, sungguh membosankan hanya membolak-balik kertas sepanjang hari tanpa sempat untuk membacanya. Kemudian aku beralih menjadi cleaning service di sebuah toko buku dengan harapan aku bisa mencuri-curi waktu untuk membaca buku. Jauh panggang dari api, aku hanya ditugaskan membersihkan toilet dan tidak boleh melakukan apapun selain membersihkan sisa kotoran para pengunjung itu. aku hanya bertahan sebulan. Itupun karena aku butuh uang untuk membayar kos-kosan dan makan.
Sampai suatu hari aku ditawari sama temannya tetangga kosanku bernama becce untuk menjadi pembantu rumah tangga di samping rumah majikannya. Awalnya aku sama sekali tidak berminat. Tapi becce bercerita bahwa rumah itu selalu sepi ditinggal oleh penghuninya yang sibuk bekerja. Wah boleh  tuh, artinya setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, ada waktu untuk melakukan hal lain.
Akhirnya jadilah aku pembantu rumah tangga dan sampai saat ini sudah bertahan selama setahun. Apa yang membuatku bertahan? Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, perpustakaan dan koleksi film itu. sudah lebih dari separuh buku di lemari itu kukhatami, filmnyapun sudah ludes kutonton. Genre buku yang paling aku sukai adalah sastra dan sains. Aku sudah bisa sedikit-sedikit berbahasa inggris karena kebanyakan nonton film Hollywood dan ngobrol dengan si empret kucing kesayangannya majikanku yang jarang pulang.
Meskipun menghadapi majikanku seperti mencemplungkan kepala kedalam bak berisi air yang pekat dan bau sampai aku tidak bisa bernafas, tapi akan kucoba bersabar sampai tabunganku cukup. Dua bulan lalu, diam-diam aku mendaftar SPMB di salah satu universitas negeri ternama di kota ini. aku memilih jurusan ekonomi pembangunan dan sastra inggris. Sepertinya Tuhan mulai membuka jalanku untuk beralih profesi dari babu menjadi mahasiswa. Aku lulus di jurusan ekonomi pembangunan. Sebulan lagi perkuliahan sudah di mulai. Setelah menjadi mahasiswa tentu akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan misalnya mengajar part time, atau menjadi penjaga toko buku. Yah sebulan lagi…
 ======
Jam baru menunjukkan pukul 5 pagi, si majikan laki-laki berisik itu sudah ngomel kiri kanan.

"Saya bilang semir sepatuku yang warna hitam! Kenapa malah yang warna coklat yang disemir? dasar goblok! bla bla blaa. ngiung ngiung ngiung ngiung"

"Tadi malam bapak ngomongnya tidak jelas" jawabku singkat.

Dia mendorong jidatku sampai aku tersungkur ke lantai. Anehnya aku tak merasakan perasaan sedih dan marah sedikitpun. Ini bukan kali pertama aku salah mengerjakan perintah dan dia tidak segan-segan menampar atau meludahiku. Dia itu kalau ngomong terlalu cepat dan tidak jelas. Jika aku bertanya ulang, dia akan marah dan menuduhku budek. Yah aku memang berangsung-angsur budek sejak tinggal disini. Jika dia ngomel, suaranya berangsur-angsur berubah menjadi suara lalat.
Aku bangkit dari lantai dan menuju dapur membuatkan sarapannya. Setiap pagi dia selalu kubuatkan nasi goreng teri dan telur mata sapi setengah matang, serta satu gelas susu kalsium coklat. aku mengambil bangkai tikus di gudang yang aku simpan sejak lama dan menguleknya dengan bumbu nasi goreng, anggap saja ini sebagai pengganti terasi. Sebenarnya aku ingin menaruh racun tikus di susunya. Tapi tidak kulakukan. Aku takut dosa dan tidak ingin masuk penjara, bagaimanapun aku berutang budi padanya, aku telah menimba banyak ilmu dirumahnya. Pengganti terasi itu sepertinya sudah cukup.
Setelah menyiapkan sarapan dan membereskan seluruh pekerjaan rumah. Aku berkemas dan pergi.
Yahhh, impian itu akan kujemput sendiri, dan membawanya pulang ke ibu.

Notes:
·      Burasa’ adalah makanan khas bugis terbuat dari beras ketan dicampur santan dan garam sedikit, serta di bungkus daun pisang.
·      Ini adalah cerpen pertama saya, horray.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar