Kamis, 14 Maret 2013

HUSHPUPPY "Quvenzhane Wallis"





 

Gadis kecil ini sangat layak diberi ganjaran sebagai artis terbaik atas perannya di film Beast of The Southern Wild besutan sutradara Ben Zeitlin. Menurutku, kemampuannya jauh melampaui Jenifer Lawrence pemenang pemeran wanita terbaik ataupun nominee-nominee lainnya dalam  ajang piala Oscar 2013. Apalagi dia baru berusia enam tahun saat berperan sebagai Hushpuppy di film tersebut.

Quvenzhané Wallis, saya jatuh cinta berkali-kali pada gadis Afro-Amerika ini. Selayaknya orang yang jatuh cinta, saya tidak bisa melepas bayangan wajah dan kesedihannya selama berhari-hari. Saat menyaksikan film itu, seperti ada air bah yang ingin tertumpah dari mata saya, tapi tertahan, tertahan karena malu kepada Hushpuppy yang terlalu kuat dalam menjalani hidupnya. Parahnya, menyaksikan Hushpuppy berefek melankolik terhadap moodku. Kasihan sekali Hushpuppy.

Sulit dipercaya, anak kecil berusia enam tahun mampu melakukan acting semenawan itu. Melalui tangan dingin Benh Zeitlin, Waliss menjelma menjadi anak pemberani dan kuat yang tinggal di komunitas kumuh bernama Bathub. Bathub adalah tempat dimana banjir dan badai bisa datang kapan saja. Tidak jauh dari Bathub didirikan lokasi perindustrian yang dipagari oleh tanggul. Lokasi perindustrian itulah yang menjadi awal dari neraka yang dirasakan oleh komunitas Bathub. Semua air tertahan di Bathub dan tidak bisa mengalir kemana-mana karena tanggul itu.  


Hushpuppy dibesarkan seorang diri oleh daddynya bernama Wink yang temperamental. Wallis dididik layaknya lelaki dewasa. No cry at all! Hushpuppy tinggal terpisah dengan Bapaknya di tumpukan barang bekas. Mereka dihubungkan dengan tali yang digantungi lonceng sebagai petanda ketika waktu makan tiba. 

"Feed up time! feed up time!"  teriak Wink lantang.

"Feed up time auououououo", balas Hushpuppy dengan penuh keceriaan, berlari ke rumah daddynya mengambil jatah makanan.

Demikian bapak anak ini memulai makan siangnya dengan bersahut-sahutan layaknya tarzan memanggil teman-temannya di hutan.

Yang membuat saya tergila-gila sama Hushpuppy adalah aktingnya yang sangat natural. Dia seperti tidak sedang menjalankan peran, dia seperti sedang menjalani kesehariannya. Ahh anda baru akan mempercayainya sendiri jika melihatnya langsung.

Pernah suatu waktu Wink menghilang, tanpa memberitahukan Hushpuppy, tanpa meninggalkan makanan, tidak ada apa-apa selain tumpukan barang bekas dan sampah. Hushpuppy mencari-cari daddynya kemana-mana.

"Feed up time daddy, daddy, daddy....."

Sampai malam tiba, Hushpuppy tidak juga menemukan daddynya. Dia kembali kerumahnya, kelaparan, dan menghabiskan malam dengan menggambar daddynya ditempat tidurnya dengan arang. Tidak ada keluhan apalagi tangisan. Berhari-hari Wink tidak pulang-pulang. Hushpuppy hanya memakan rumput dan sisa-sisa makanan yang ada.


Ternyata Wink menghilang karena harus dirawat di rumah sakit. Pada saat pulang ke rumah. Hushpuppy bukannya merengek menangis karena di tinggal oleh daddynya. Dia malah bercerita bahwa selama daddynya pergi, dia belajar banyak hal sendiri.

Yang menyakitkan dari film ini, Hushpuppy menerima perlakuan yang terlalu keras dari daddynya. Orang dewasapun belum tentu sanggup menerima itu. Tapi Hushpuppy mampu menerimanya, dengan wajahnya yang innocent, dia bahkan sangat mencintai daddynya dan selalu nurut. Huaaa saya selalu sedih jika membayangkan Hushpuppy.
I'm The Man, I'm The Man!
Who's the man?
I’m the man! I’m the man!

Seperti itulah caranya Wink mendidik anaknya. Hushpuppy didogma sebagai lelaki yang kuat sekuat binatang buas. Wink sadar umurnya sudah tidak lama lagi karena penyakit yang menggerogotinya. Hushpuppy di didik untuk survive di usianya yang sangat muda saat Wink meninggal nanti. Tapi Hushpuppy hanyalah anak berusia 6 tahun yang masih butuh kasih sayang, belaian, dan bermain. 

Tidak ada acara mewek-mewek di film ini selain di ending saat Wink meregang nyawa. Itupun karena daddynya menangis, Hushpuppy juga ikut menangis. Selebihnya hanya penderitaan yang diterima oleh Hushpuppy yang sabar dan kuat itu.


Ah, saya terlalu melankolis mungkin. Saya harus menyelesaikan ini. Jika tidak ingin ditertawai orang-orang kantor karena mengetik sambil nangis.

Film ini langsung merangsek masuk ke dalam film terbaik versi niar, hehe, menggeser posisi Before Sunset dan Before Sunrise. Saya pikir film ini berhasil mencuri perhatian banyak orang, karena digarap dengan jenius oleh sutradara muda Benh Zaitlin dan tim yang hebat. Film ini hanya menghabiskan dana $1,8 juta, bandingkan dengan film Hollywood terkenal lainnya yang mengabiskan ratusan juta USD.  

Banyak hal lain yang menarik yang disampaikan oleh film ini. Mulai dari suhu bumi yang terus meningkat, mencairnya kutub es, keserakahan manusia, ketimpangan kehidupan manusia di bumi, perlawanan terhadap modernitas, kekuatan, dan keteguhan pendirian. Film ini terkesan pesimis terhadap dunia yang semakin porak-poranda, namun ada optimisme di sana untuk memperbaikinya. Dan itu disampaikan lewat sudut pandang seorang anak kecil bernama Hushpuppy. 

I’m in love with this little girl Hushpuppy over and over again


   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar