Minggu, 24 Juni 2012

The Royal Library of Alexandria

Tahukah kamu perpustakaan terlengkap dan paling kuno di muka bumi ini? Awalnya saya berpikir, perpustakaan itu terletak di Roma, Yunani, Amerika Serikat, atau Negara-negara Eropa lainnya. Ternyata perpustakaan itu terletak di kota Alexandria, Mesir.  Namanya adalah The Royal Library of Alexandria atau Perpustakaan Kuno Alexandria.
 Perpustakaan kerajaan itu dibangun pada awal abad ke-3 SM oleh Ptolomeus I Soter. Tujuannya untuk menarik orang-orang bijak dari berbagai belahan dunia agar datang ke Mesir. Sang raja, konon sangat ingin membawa Mesir menuju peradaban tinggi. Menurutnya hal itu hanya bisa tercapai kalau masyarakatnya cinta pada pengetahuan. Untuk itu ia memerintahkan agar menyalin seluruh buku di dunia untuk menjadi koleksi perpustakaan ini, agar seluruh masyarakat bisa belajar berbagai pengetahuan dan hikmah. Hemmm, andai saja semua raja berpikir seperti itu. Di Indonesia, separuh dari arsip, naskah, dan buku sejarah kita di boyong ke Belanda. Yang disisakan oleh penjajah itu lebih dominan mental inlander/budak. Tidak puas merampas sumber daya alam dan tenaga kita, mereka melenggak memboyong sebagian peradaban kita. Mereka tak menyisahkan apa-apa, bahasa sekalipun. Sangat beda dari Inggris, semua Negara jajahan Inggris menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa nasional atau setidaknya bahasa ke dua mereka dan tentunya jauh lebih maju.

Eh, Balik lagi ke laptop! Pada masa itu, pelabuhan Alexandria sangat ramai dikunjungi berbagai kapal. Umumnya awak-awak kapal itu selalu membawa buku untuk menemani perjalanan. Ketika kapal berlabuh, para pemuka kota mengunjungi awak kapal, meminjam buku mereka dan menyalin isinya. Salinan ini ditulis di atas gulungan kertas papirus, lalu dijadikan koleksi perpustakaan.
Di perpustakaan ini juga banyak diselenggarakan berbagai pertemuan intelektual, ajang tukar pikiran para ilmuwan. Topik yang dibahas beragam, mulai dari sejarah, filsafat, sastra hingga ilmu eksakta. Karena itu, tak mengherankan banyak ilmuwan yang lahir dari sini. Di antara yang terkenal adalah Archimedes. Disinilah ia menemukan teori-teori fisikanya.
Perpustakaan ini memiliki 700.000 koleksi buku yang disusun menurut tema. Beberapa koleksinya yang berharga adalah: syair-syair karya Homer dan Hesiod.  Naskah-naskah drama karya Sophocles, Euripides, dan Aristophanes. Buku-buku filsafat karya Plato dan Aristoteles. Buku-buku sejarah karya Hecataeus dan Herodotus. Buku-buku fisika karya Archimedes dan  Hipparchus. Serta buku-buku kedokteran Medicine Corpus of Hippocrates dan Herophilus (anatomi). Satu-satunya salinan Undang-undang Roma Purba yang ditulis 700 tahun sebelum kelahiran Nabi Isa, juga dikoleksi di sini. Selain mengoleksi buku-buku, perpustakaan ini juga memuat sejarah Mesir secara lengkap. Wauu amayzing…
Sayang sekali, kemegahan perpustakaan besar ini berkali-kali dihantam nasib buruk.  Diketahui ada tiga kejadian yang merusak perpustakaan ini. Pertma, ada yg mengatakan bahwa The Royal Library  itu diluluh-lantahkan Kaisar Romawi Julius Caesar (100-44 SM). Akan tetapi hal ini masih jadi perdebatan. Salah satu dasar tuduhan bahwa Royal Library dibakar oleh Kaisar Romawi Julius Caesar adalah bahwa Caesar sendiri menulis dlm bukunya 'Alexandrian Wars' (Perang2 Alexandria) bahwa pasukannya telah membakar angkatan laut Mesir di pelabuhan Alexandria beserta sebuah 'gudang/tempat penyimpanan penuh dengan papirus dan berlokasi didekat pelabuhan. Tetapi, lokasi Royal Library ini berada di Bruchion, bukan di pelabuhan. Jadi, 'gudang/tempat penyimpanan' itu bukan perpustakaan yg dimaksud. Sementara itu, sejarawan Aulus Gellius menulis dlm Attic Nights bahwa perpustakaan itu dibakar secara tidak sengaja oleh tentara Romawi Caesar. Hampir seluruh warga kota beserta pasukan kerajaan dikerahkan untuk memadamkan kebakaran itu. Mereka berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen berharga. Meski demikian, tak kurang dari 40.000 buku hangus terbakar. Hal itu menimbulkan kesedihan mendalam di  hati warga Alexandria.
The Royal Library bukanlah merupakan satu-satunya perpustakaan yang ada di Alexandria waktu itu. Paling tidak ada dua perpustakaan lain yaitu perpustakaan milik Kuil Serapeum dan perpustakaan Kuil Cesarion. The Royal Library merupakan sebuah perpustakaan privat keluarga kerajaan Mesir, para saintis dan periset, sementara perpustakaan kuil Serapeum  dan  Cesarion adalah perpustakaan-perpustakaan yang terbuka bagi rakyat umum. Serapeum juga dikenal sebagi Perpustakaan Cabang Puteri (the Daughter Library), karena mengandung versi-versi orisinal buku-buku dalam perpustakaan induk, The Royal Library. Pada akhir abad 1 M manuskrip-manuskrip the Royal Library dipindahkan dari perpustakaan induk ke Serapeum.
Setelah pembakaran the Royal Library, Serapeum, yg lebih besar dari Cesarion, menjadi perpustakaan utama kota itu. akan tetapi penghancuran royal library tidak berhenti sampai disitu. Pada Tahun 391 M, Paus Theophilus dari Alexandria memerintahkan dihancurkannya kuil pagan Serapeum dan mendirikan gereja diatas puing-puingnya. Tapi penghancuran kuil itu tidak mempengaruhi perpustakaan disebelahnya, kemungkinan besar karena mengandung buku-buku Yahudi dan Kristen, selain buku2 sains yg penting bagi ilmuwan2 pagan maupun Kristen.
Ketika pasukan-pasukan Arab menginvasi Alexandria dibawah komando Amr Ibn Al Aas bulan Desember 22 H 640 M, mereka menghancurkan tembok-tembok Alexandria dan menjarah kota itu. mengenai pembakaran sisa Royal Library lama oleh pasukan muslim dibawah komando Amr Ibn Al Aas sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Versi pertama menuding bahwa Ibn Al Aas berdasarkan perintah Umar Ibn Al Khattab serta merta memerintahkan buku-buku itu dilemparkan ke ribuan sumur-sumur tempat permandian di Alexandria dan dibakar. Apinya masih berguna utk keperluan menghangatkan tentara-tentara Muslim. Dalam bukunya, History of the Wise Men, sejarawan Muslim, Al Qifti, menyebut tentang pembakaran buku-buku ini berlangsung sampai enam bulan, dan buku-buku yg diselamatkan hanya buku-buku Aristoteles, Euclid sang pakar matematika dan Ptolemy-sang geografer. Namun versi kedua menyebutkan bahwa, tudingan pasukan islam yang membakar habis buku-buku peninggalan Royal Library itu tidak beralasan. Ini karena Perpustakaan Alexandria lama tersebut telah sirna sewaktu Julius Caesar membakar sebagian kota itu pada tahun 100- 44 SM. Kemudian, ketika perpustakaan tersebut dibangun/dipindahkan ke Kuil Sarapeum, perpustakaan itu pun lenyap akibat gempuran Kaisar Theodorus pada 391 M. Karena itu, ketika ‘Amr bin Al-‘Ash menaklukkan Alexandria pada 22 H/640 M, perpustakaan tersebut sudah tiada lagi puing-puingnya.
Cinta Lama bersemi Kembali
Meskipun Husni Mubarak semasa berkuasa dikenal sangat korup dan otoriter, tapi dia berhasil meninggalkan satu museum peradaban yang sangat megah dan dielu-elukan oleh begitu banyak penduduk dunia. Di masa Pemerintahannya pada tahun 2002, perpustakaan Alexandria kembali dibangun. Pembangunan ini memakan biaya 230 juta dolar Amerika. Dananya diperoleh secara patungan. Bahkan Suzanne Mubarak, istri Presiden Husni Mubarak sampai melakukan presentasi di Museum British London untuk meminta bantuan. Usahanya itu mendapat sambutan hangat. Banyak pihak mengulurkan bantuannya. Diantaranya donatur dari Arab Saudi yang menyumbang 65 juta dolar, dan Norwegia 3,44 juta dolar (dalam bentuk mebel). Perpustakan baru ini dibangun di dekat lokasi perpustakaan lama, kota Alexandria. Diresmikan oleh Presiden Mesir Husni Mubarak tahun 2002. Selain itu, Perpustakaan yang sangat bersejarah ini dibangun juga atas bantuan UNESCO.
Bangunan dari Perpustakaan Elexandria ini menyerupai silinder, dengan banyak jendela. Dinding bagian Selatan dihias potongan batu granit. Permukaan bebatuan yang tidak rata, ditulisi simbol huruf seluruh dunia. karena letaknya di tepi laut Mediterania, bila malam tiba, kesan dramatis muncul dari permukaan air yang memantulkan cahaya lampu jalan yang berwarna keemasan. Konon, bangunan yang dirancang oleh kantor arsitek Snohetta, Norwegia ini mendekati bentuk aslinya.
Ruang utama perpustakaan sangat luas. Berbentuk setengah lingkaran dengan diameter 160 m, mampu menampung hingga 2.500 orang (aslinya, Perpustakaan Alexandria lama bisa menampung hingga 5.000 orang). Gedung ini memiliki tujuh lantai, 37 m di atas tanah dan 15,8 m di bawah tanah. Rak-rak buku berjajar dalam ruangan besar, seukuran empat kali lapangan bola. Disebutkan, perpustakaan ini mampu menampung 8 juta buku.
Perpustakaan Alexandria memiliki banyak koleksi berharga. Di antaranya 5.000 koleksi penting berupa manuskrip klasik tentang aneka pengetahuan dari abad 10 M-18 M. Juga ada catatan penting Napoleon berjudul Description de'lEgypte, yang menceritakan peristiwa Prancis menyerbu kota Alexandria.
Bercita-cita berkunjung ke sana bersama Wawan
Kami bukanlah tipe petualang yang selalu punya waktu berkunjung ke tempat-tempat exotic atau bersejarah. Pertama karena kami masih belum punya dana yang cukup untuk melakukannya, kedua kami senang menghabiskan waktu nongkrong ngarul ngidul membicarakan banyak hal. Tapi kami punya cita-cita suatu waktu akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah dunia, salah satunya perpustakaan Alexandria ini. Yah suatu saat, jika Tuhan mengizinkan.

==== 
Disadur dari berbagai sumber:
* dan beberapa informasi dari ertikel yang saya lupa menyimpan alamatnya linknya
Gambar dikutip dari:
* http://1001bookstoreadbeforeyoudie.tumblr.com/post/3050111165/library-of-alexandria-egypt
* http://hermankhan.blogspot.com/2012/05/koleksi-manuskrip-kuno-di-perpustakaan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar