Selasa, 12 Juni 2012

Over Time #1

Sebagai anak yang tumbuh dan dibesarkan di sebuah desa kecil, setiap hari hanya melihat jalan berbatu dan sempit, perbukitan dan sawah yang lebih sering kering dari pada tertanami padi, hanya sesekali melihat mobil mewah jika ada orang kaya dari luar yang masuk ke daerah kami, tentu akan sedikit shock ketika tiba-tiba disuruh bermukim di pusat kota yang penuh hiruk pikuk dan serba canggih. Tidak bisa dipungkiri setiap anak selalu memimpikan punya kehidupan yang serba berkecukupan seperti yang selalu disajikan oleh iklan di tv atau media massa. Bisa memiliki setumpuk boneka di kamar. Bisa memilih buku di toko buku dan membawanya pulang ke rumah. Jalan-jalan ke mall atau taman bermain bersama keluarga. Setiap malam bisa menyaksikan gemerlapnya kota. Rasa-rasanya setiap anak menginginkan itu, sayapun pernah begitu mendambakan hal-hal seperti itu. saat saya sudah bisa menikmati semua itu, semuanya tiba-tiba berubah. Kembali lagi, hanya perubahanlah yang abadi!
Saat beranjak dewasa, tepatnya saat menjalani kuliah, sebagian hal-hal yang saya idam-idamkan semasa kecil berbalik menjadi musuh yang selalu saya perangi. Mall tidak lagi menjadi simbol kebanggaan dan kemakmuran, melainkan tempat yang melambangkan keserakahan para pemodal besar memperbanyak pundi-pundi kekayaan setelah menggusur tanah rakyat yang tidak berdosa. Gedung-gedung pencakar langit tidak lagi membuat mata saya berbinar-binar, malah  membuat tanduk devil saya tumbuh dan bertanya-tanya konspirasi apa lagi yang mau dibuat di gedung itu. surga dunia yang dipertontonkan oleh iklan di tv tidak lagi membuat saya berdecak kagum, melainkan berdecak jengkel, ah itu semua bohong sayang, just turn off your tv. Mobil mewah yang berjejalan disepanjang jalan seperti ingin kusapu bersih, I need to breath!
========
Saya rindu ibu, ayah, dan keluarga di pulau berbentuk K sebrang sana. Rindu ngobrol sama ibu dan ayah di teras rumah saat mati lampu. Mati lampu adalah makanan sehari-hari kami yang berdomisili di daerah. Rindu cerita-cerita nostalgia ibu dan ayah. saya ingin pulang ke rumah. Tempat pertama yang akan saya sambangi adalah meja makan, disana selalu ada bale dempo dan sambel kemiri pedas, jika tidak ada, saya akan memesan ibu untuk membuatkannya. Kemudian tidur nyenyak di samping ibu, di kasur aneh yang selalu membuat penumpangnya berkumpul di tengah. Sesederhana itu…

========
Tulisan ini menunjukkan sisi saya yang selalu ingin ini ingin itu. terkesan tidak tahu bersyukur. Saya tidak akan membuat pembelaan. Ini adalah proses. Proses menapaki hidup.  
Wallahu a'lam bish shawabi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar