Ini
adalah kunjungan pertama saya ke Semarang (officially). Jika sebelumnya hanya
numpang lewat saja, kali ini benar-benar berkunjung dan nginap di sana. Kami
(saya dan teman-teman kantor) ke sana dalam rangka menghadiri acara pernikahan
teman kami “Ayu dan Ega” tanggal 11 November 2012.
Jika
diminta untuk memberikan pendapat tentang kota itu, maka saya akan bilang Semarang
adalah salah satu kota yang sepertinya nyaman untuk dijadikan sebagai tempat
tinggal. Kotanya sederhana, hampir mirip Jogjakarta. Cuma saja Jogjakarta lebih
ramai karena memiliki banyak tempat wisata dan kental dengan adat istiadatnya. Mengenai
kedua kota ini, saya selalu percaya bahwa kesederhanaan akan selalu diikuti
dengan rasa nyaman.
Ada
perasaan lega dan lapang ketika berada di kota itu. meskipun ketika turun dari
gerbong kereta di stasiun Tawang, hembusan angin terasa panas dan lembab, tapi
pemandangan yang disajikan sepanjang jalan menuju jalan Veteran tempat kami
akan menginap serta merta membuat rasa gerah saya menjadi sirnah. Mungkin
karena mau hujan saja makanya gerahnya luar biasa. Stasiun Tawang merupakan
stasiun kereta api besar tertua di Indonesia. Tidak mengherankan jika
gedung-gedung dan gaya arsitektur sekitaran stasiun tersebut masih kental
dengan corak belanda, mirip seperti kota tua di Jakarta, atau Benteng Rotterdam
di Makassar.
Berhubung karena jadwal yang agak padat, kami tidak memiliki waktu banyak untuk berkunjung ke banyak tempat di Semarang. Tanggal 10 november sore kami sampai, hanya sempat makan di Mbah Jingkrak yang walhasil membuat perutku mules semalaman, dan malamnya ke acara Midodareni-nya Ayu. Hujan gerimis menyertai serangkaian acara midodareni ayu malam itu. Saya pernah mendengar, hujan di hari hajatan adalah tanda restu sang ilahi kepada yang punya hajat dan setiap bulir hujan yang turun akan disertai dengan rejeki yang melimpah, semoga itu benar terjadi, amin Tuhan. Di adat bugis Makassar, Midodareni sama seperti penyerahan erang-erang dari pihak pengantin pria ke penganti wanita. Cuma saja penyerahan erang-erang di bugis dilakukan bertepatan saat sang pengantin pria mau mengucapkan ijab Kabul. Sementara Midodareni dilakukan malam hari sebelum ijab Kabul dan resepsi, atau malam terakhir bagi calon pengantin wanita sebagai remaja putri.
Jalan-jalan pagi di Simpang Lima Semarang |
Pagi
harinya, beberapa dari kami jalan-jalan pagi ke Simpang Lima, sementara yang
lainnya melanjutkan tidur, ada juga yang ke acara ijab kabulnya Ayu dan Ega.
Simpang Lima merupakan Landmark dari
semarang. Disebut Simpang Lima karena merupakan pertemuan lima jalan yang
menyatu yaitu Jl. Pahlawan, Jl. Pandanaran, Jl. Ahmad Yani, Jl. Gajah Mada
dan Jl A Dahlan. Pagi itu ramai sekali, saya sangat exicted melihat masyarakat dan anak-anak tumpah ruah dijalan dengan
wajah yang begitu ceria. Hari itu bertepatan dengan car free day, jalanan hanya dipenuhi oleh orang-orang yang sedang
senam, dan anak-anak bermain sepatu roda membentuk ular-ularan yang
sebentar-sebentar terjatuh dan bangkit lagi dipenuhi gelak tawa. Ada banyak
sajian kuliner disekitaran Simpang Lima, dan harganya sangat terjangkau. Saya dan
empat teman saya memesan soto ayam plus gorengan, sate, es teh manis, dan kami
hanya dimintai Rp33.700, heheh, senangnya luar biasa.
Main ular-ularan |
Aduhh, ularnya termutilasi. hiks hiks |
Jam 12 siang acara resepsi pernikahan dimulai, ini pernikahan adat jawa pertama yang sangat santai yang pernah saya hadiri. Seketika ada panggung kecil ditengah gedung lengkap dengan audiensnya yang teriak histeris. Banyak yang menyumbangkan lagu dan berjoget, tidak terkecuali kedua pengantin dan ibunya. Hahaha. We were having fun!
Foto bersama DJA 2010 |
Tidak
lengkap rasanya jika datang ke suatu tempat tanpa membeli oleh-oleh. Pusat toko oleh-oleh di Semarang berada di
Jalan Pandanaran. Oleh-oleh yang paling khas di Semarang adalah Lumpia
Semarang. Oh iya kami mencarter mobil mikrolet berkeliling semarang, ini
mengingatkanku pada jaman kuliah, sungguh menyenangkan. Cuma saja angan-angan
makan makanan khas Semarang sebelum meninggalkan kota itu harus pupus musnah diterjang badai! Sang sopir malah membawa kami ke warung mie Surabaya di persimpangan jalan sepi entah
berantah yang rasanya.... tidak akan saya teruskan, katanya tidak baik mengumpat makanan. Sambil makan, kami semua terus menggerutu. Hahaha.
Senin
12 November 2012 jam 5 pagi saya membuka gorden jendela kereta, berharap sudah
sampai di stasiun Senen Jakarta. Di luar dugaan, ternyata kami baru sampai di stasiun
tegal, sekitar 4 jam perjalanan lagi baru sampai di Jakarta naik kereta. Dari percakapan
penumpang dibelakangku yang sepertinya sedang ditelpon oleh kerabatnya, ada kereta
yang anjlok di daerah tegal. Parahnya, sama sekali tidak ada pengumuman atas
apa yang terjadi apalagi permintaan maaf dari pihak kereta (Gumarang).
Here
I am in Jakarta, aroma libur panjang sudah begitu pekat rasanya. Sayang,
sepertinya liburan kali ini akan menyedihkan. Huhuhu. But life must goes on…. Sumange’!
Sumber beberapa informasi: Wikipedia
Pictures was taken by Me (minjam kameranya marti) and Julius Situngkir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar