Senin, 17 September 2012

Poor Us



Bagaimana mungkin engkau bisa tertidur lelap, sementara di emperan rumahmu seorang bapak paruh bayah sedang terbaring kesakitan. Kakinya bengkak karena penyakit yang mungkin tak pernah diobati, bahkan tak punya bilik sekedar untuk berbaring.  Kakinya sudah membengkak seperti mau pecah, koreng dimana-mana, darah dan nanah terus merembes. Bagaimana mungkin engkau menjalani hidup dengan tenang, sementara engkau terus dilingkupi oleh ketidak adilan dan keapatisan.
Picture taken from here

 Bagaimana bisa kamu menganggap dunia ini sedang baik-baik saja, sementara kamu bisa menyaksikan orang sekarat dimana-mana. Seorang bapak paruh bayah, berjalan memakai tongkat dengan muka meringis kesakitan. Kakinya sebelah kanan, tinggal separuh, kangker ganas telah menggerogoti kakinya, dan dia tetap harus mencari uang, bukan untuk berobat, tapi untuk mencari sesuap nasi.
Bagaimana bisa kamu tenang menjalani hidup, semantara seorang bapak yang tinggal dibilik di dekat kosanmu meninggal karena sakit yang tidak tertolong. Mati adalah takdir Tuhan, tapi tugas manusia untuk terus berusaha dan berbagi. Lalu dimana kita yang merasa diri paling bermartabat?
Bagaimana bisa kamu mengatakan bahwa kita sedang menuju kepada kehidupan yang lebih baik, sementara kamu tahu, tak terhitung uang rakyat dihambur-hamburkan oleh segerombolan orang untuk kegiatan-kegiatan ceremonial nihil guna, acara plesiran, dan dikorupsi secara massal.
 Apa yang bisa dibanggakan dari pertumbuhan ekonomi yang terus melaju naik, jika setiap hari kita terus menyaksikan orang-orang mati sekarat?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar