Ia terus mengayunkan tangannya, dengan
harapan otot-otot lengannya tidak kaku lagi. Berjalan sangat pelan menelurusi
gang di pagi buta. Dalam pikirannya, ia sedang berolahraga.
Tinggi badannya terus menyusut karena
penyakit osteoporosis yang tidak bisa ia hindari. Bentuk tubuhnya semakin
mendekati posisi rukuk dalam shalat. Saya sering berpikir, Tuhan sengaja
membuat manusia membungkuk secara alami dihari tuanya, agar kita tahu bahwa
sepatutnya kita harus terus tunduk pada-Nya. Dalam rukun agama Islam, rukuk,
sujud, dan menempatkan diri serendah-rendahnya di depan Allah adalah syarat kedua
setelah mengakui Allah SWT adalah satu-satunya yang patut disembah dan Muhammad
SAW adalah utusan-Nya.
Indo’ (nenek) dan ambe’ (kakek) di kampung juga
seperti itu. Mereka semakin melemah dan memendek. Ambe’ sewaktu muda memiliki
postur besar dan tinggi. Dia adalah petani dan peternak yang sangat tangguh. Dia
tidak takut pada siapapun, binatang buas sekalipun. Namun semua ketangguhan itu
telah lenyap. Ambe sudah tidak bisa berbuat apa-apalagi. Pikirannya masih kuat,
tapi fisiknya tidak mengizinkan dia untuk beraktifitas selain makan, duduk,
tidur, dan buang air besar. Setiap kali saya menelponnya, dia selalu bilang
kalau fisiknya semakin melemah, dia semakin tua, sepertinya usianya tidak lama
lagi. Dia mengajarkan ilmu kehidupan tanpa perlu ceramah panjang lebar.
Masih sangat jelas diingatan ketika harus
berlari kencang menuju sekolah saat bel jam masuk berdering. Rumah saya yang sangat
dekat dengan sekolah (SD), membuat saya baru akan beranjak dari rumah ketika
bunyi bell jam masuk berdering. Waktu itu senang sekali rasanya jika didandani
layaknya perempuan dewasa oleh tante saya. Tapi berdandan ke sekolah tidak
diperbolehkan, sebel, kenapa hanya orang dewasa yang boleh pakai gincu?
Rasanya baru kemarin memakai seragam merah
putih, tiba-tiba sekarang sudah berumur seperempat abad, dan dianjurkan pakai gincu pula biar kelihatan lebih segar. 3,5 tahun lagi
menginjak 30 tahun. What a life!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar