Selasa, 17 Juli 2012

BAKSO DIY


Siapa bilang hanya artis dan orang-orang ganteng yang selalu dikerubutin sama gadis-gadis. Mas dari Malang ini membuktikan, tidak perlu menjadi artis pun dia selalu menjadi incaran bukan hanya ibu-ibu, gadis-gadis, tapi juga bapak-bapak khususnya yang beredar di Sekitar Salemba UI Jakarta Pusat. Setiap sore sampai malam, Mas yang belum saya tahu namanya ini selalu saja membuat kehebohan di depan YPAI Salemba. Awalnya saya tidak begitu memerdulikan kerumunan yang memiliki jam biologis sore hari itu. Tapi karena setiap hari melewati tempat itu, suatu waktu sayapun benar-benar dibuat penasaran.
Saya adalah pecinta bakso sejak mengenal bakso Yosda yang menjadi langganan saya saat berdomisili di Makassar. Bakso Yosda membuat saya kecanduan, terlebih sambel bakso kuning yang selalu membuat telinga saya rasanya mengeluarkan asap tiap kali habis menyantapnya. Rasanya ada yang tidak lengkap jika dalam seminggu tidak mencicipi bakso Yosda (tentunya setelah punya duit sendiri untuk membelinya). Saya sempat agak khawatir saat harus pindah, bagaimana dengan bakso kesayanganku, saya pasti akan sangat merindukannya.

Saya sudah mencoba banyak bakso, dengan harapan bakso Yosda bisa tergantikan. Akan tetapi lidah dan lambungku telah tertambat di bakso Yosda, tidak ada yang bisa menggantikannya. Saat memutuskan untuk mendekati kerumunan itu, saya sangat berharap menemukan sosok pengganti dari bakso Yosda.
Banyak hal menarik yang bisa di temukan di abang tukang bakso depan YPAI ini. Pertama, tempatnya tepat di pinggir jalan dan tidak jauh dari lampu merah dimana orang-orang lalu lalang. Asap kendaraan mengepul dari segala arah penjuru. Bisingnya luar biasa. Kedua,si abang tukang bakso hanya bermodalkan gerobak kecil,  tidak ada meja  dan menggunakan pinggiran pagar kampus YPAI sebagai tempat duduk. Ketiga, do it yourself! Tidak usah repot-repot meminta izin kepada si Mas mau makan bakso berapa porsi. Tinggal mengambil mangkok atau plastic dan ambillah bakso, sambel, bawang goreng sesuka hatimu. Jika sudah selesai tinggal meminta Mas-nya menuangkan kuah dimangkok atau diplastik jika ingin dibawah pulang. bisa dibayangkan gerobak sekecil itu dikerubutin oleh banyak tangan. Mas bakso can’t helped any more. Satu-satunya cara melayani pengunjung yang terlalu banyak hanyalah dengan membiarkannya melayani dirinya sendiri dan percaya sepenuhnya kepada si pelanggan tentang berapa banyak pentolan bakso yang diambil. Ke empat, harganya sangat terjangkau, hanya Rp 7000 satu porsi. Jika ingin lebih banyak bakso, Rp10.000 sudah sangat lumayan mengenyangkan. Ke lima, pelanggannya sangaaat banyak, padahal dari segi kesehatan, tempat itu jauh dari yang namanya sehat dan aman. Toh lidah benar-benar tidak bisa bohong dan mengalahkan ketidaknyamanan.
Dari nilai 1 sampai 10, bakso Yosda saya beri nilai 10. Sampai saat ini setelah mencicipi bakso DIY (do it yourself), belum ada yang bisa menyainginya bakso Yosda. Bakso DIY di depan YPAI saya beri  nilai 8. Tapi recommended-lah……


Tidak ada komentar:

Posting Komentar