Siapa bilang hanya artis
dan orang-orang ganteng yang selalu dikerubutin sama gadis-gadis. Mas dari
Malang ini membuktikan, tidak perlu menjadi artis pun dia selalu menjadi
incaran bukan hanya ibu-ibu, gadis-gadis, tapi juga bapak-bapak khususnya yang
beredar di Sekitar Salemba UI Jakarta Pusat. Setiap sore sampai malam, Mas yang
belum saya tahu namanya ini selalu saja membuat kehebohan di depan YPAI
Salemba. Awalnya saya tidak begitu memerdulikan kerumunan yang memiliki jam
biologis sore hari itu. Tapi karena setiap hari melewati tempat itu, suatu
waktu sayapun benar-benar dibuat penasaran.
Saya adalah pecinta
bakso sejak mengenal bakso Yosda yang menjadi langganan saya saat berdomisili
di Makassar. Bakso Yosda membuat saya kecanduan, terlebih sambel bakso kuning
yang selalu membuat telinga saya rasanya mengeluarkan asap tiap kali habis
menyantapnya. Rasanya ada yang tidak lengkap jika dalam seminggu tidak
mencicipi bakso Yosda (tentunya setelah punya duit sendiri untuk membelinya). Saya
sempat agak khawatir saat harus pindah, bagaimana dengan bakso
kesayanganku, saya pasti akan sangat merindukannya.
Saya sudah mencoba banyak bakso, dengan harapan bakso Yosda bisa tergantikan. Akan tetapi lidah dan lambungku telah tertambat di bakso Yosda, tidak ada yang bisa menggantikannya. Saat memutuskan untuk mendekati kerumunan itu, saya sangat berharap menemukan sosok pengganti dari bakso Yosda.
Banyak hal menarik
yang bisa di temukan di abang tukang bakso depan YPAI ini. Pertama, tempatnya
tepat di pinggir jalan dan tidak jauh dari lampu merah dimana orang-orang lalu
lalang. Asap kendaraan mengepul dari segala arah penjuru. Bisingnya luar biasa.
Kedua,si abang tukang bakso hanya bermodalkan gerobak kecil, tidak ada meja dan menggunakan pinggiran pagar kampus YPAI
sebagai tempat duduk. Ketiga, do it
yourself! Tidak usah repot-repot meminta izin kepada si Mas mau makan bakso
berapa porsi. Tinggal mengambil mangkok atau plastic dan ambillah bakso,
sambel, bawang goreng sesuka hatimu. Jika sudah selesai tinggal meminta Mas-nya
menuangkan kuah dimangkok atau diplastik jika ingin dibawah pulang. bisa
dibayangkan gerobak sekecil itu dikerubutin oleh banyak tangan. Mas bakso can’t helped any more. Satu-satunya cara
melayani pengunjung yang terlalu banyak hanyalah dengan membiarkannya melayani
dirinya sendiri dan percaya sepenuhnya kepada si pelanggan tentang berapa
banyak pentolan bakso yang diambil. Ke empat, harganya sangat terjangkau, hanya
Rp 7000 satu porsi. Jika ingin lebih banyak bakso, Rp10.000 sudah sangat
lumayan mengenyangkan. Ke lima, pelanggannya sangaaat banyak, padahal dari segi
kesehatan, tempat itu jauh dari yang namanya sehat dan aman. Toh lidah
benar-benar tidak bisa bohong dan mengalahkan ketidaknyamanan.
Dari nilai 1 sampai
10, bakso Yosda saya beri nilai 10. Sampai saat ini setelah mencicipi bakso DIY
(do it yourself), belum ada yang bisa
menyainginya bakso Yosda. Bakso DIY di depan YPAI saya beri nilai 8. Tapi recommended-lah……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar