Minggu, 25 November 2012

Akar dan Ranjau Kamboja



Kell terlihat di antara rerumputan, terkapar di atas tanah yang baru muntah, yang dahak-dahak coklatnya berantak melumuri jasad. Tak ada apa-apa yang berarti di rentang 20 meter jarak kami. Namun, kenapa tidak bisa aku mencapainya. Kell, kakimu beroles saus merah, hangus, dan ―hilang.
Bodhy terus meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari cengkraman Khie Tang, Epona, dan Neang. Kell sudah terpanggang macam barbeque. Tapi tak ada satupun yang bisa ke sana sampai ada detector yang berfungsi. This is a Standard Operating Procedure!
Namun, Bodhy berhasil melepaskan diri, mencari batas aman agar tidak lagi disergap oleh siapapun. Mendekati Kell yang tubuhnya tinggal setengah saja.
sssst. Tak ada ruang untuk kalian. Kini aku harus mendengarkan bumi. Jumput-jumput. Desik daun. Nyanyian batu. Desas-desus tanah. Mereka bicara pada tubuhku yang lebih tahu dan lebih bijak dari isi benak.

Minggu, 18 November 2012

SIGUR ROS, ICELAND, AND HAPPINESS




PROLOG
Tahun lalu, Kurn Cobokan datang berkunjung ke Jakarta dan menyempatkan diri menemuiku. Kurn adalah sosok keras kepala berhati lembut. Dia memiliki selera musik yang tidak semua orang bisa memahaminya. Kepala rasanya mau pecah jika ada dia di basecamp dan memaksa seisi ruangan mendengarkan musik berisik seperti tak bernada kesukaannya. Meskipun begitu, dia punya referensi musik yang luas, dan senang membagikannya ke teman-temannya.
Kurn datang membawa DVD. Katanya isinya adalah film documenter sebuah band dari Negara entah berantah. Perawakannya masih seperti dulu. Dia memakai kaos oblong di dalam dan baju kotak-kotak di luar (jauh sebelum Jokowi membuat baju kotak-kotak begitu popular di Indonesia), serta celana yang sudah di tambal di hampir semua tempat. Syukur dia tidak membawa koleksi gemboknya dan menggantungnya di leher. Masih seperti dulu, dia selalu membawa lemari kemana-mana. Yahh, entah bagaimana caranya, tasnya muat dengan aneka macam barang-barang, termasuk koleksi kertas-kertasnya. Dia punya hobby menumpuk kertas-kertas yang hanya dia dan Tuhan yang tahu isinya apa.
Ngemeng-ngemeng  Band dan Negara entah berantah itu adalah Sigur Ros dari Islandia.
#penting

Senin, 12 November 2012

Jalan-Jalan ke Kota Semarang




Ini adalah kunjungan pertama saya ke Semarang (officially). Jika sebelumnya hanya numpang lewat saja, kali ini benar-benar berkunjung dan nginap di sana. Kami (saya dan teman-teman kantor) ke sana dalam rangka menghadiri acara pernikahan teman kami “Ayu dan Ega” tanggal 11 November 2012.
Jika diminta untuk memberikan pendapat tentang kota itu, maka saya akan bilang Semarang adalah salah satu kota yang sepertinya nyaman untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Kotanya sederhana, hampir mirip Jogjakarta. Cuma saja Jogjakarta lebih ramai karena memiliki banyak tempat wisata dan kental dengan adat istiadatnya. Mengenai kedua kota ini, saya selalu percaya bahwa kesederhanaan akan selalu diikuti dengan rasa nyaman.
Ada perasaan lega dan lapang ketika berada di kota itu. meskipun ketika turun dari gerbong kereta di stasiun Tawang, hembusan angin terasa panas dan lembab, tapi pemandangan yang disajikan sepanjang jalan menuju jalan Veteran tempat kami akan menginap serta merta membuat rasa gerah saya menjadi sirnah. Mungkin karena mau hujan saja makanya gerahnya luar biasa. Stasiun Tawang merupakan stasiun kereta api besar tertua di Indonesia. Tidak mengherankan jika gedung-gedung dan gaya arsitektur sekitaran stasiun tersebut masih kental dengan corak belanda, mirip seperti kota tua di Jakarta, atau Benteng Rotterdam di Makassar.