Sebagai anak yang tumbuh dan
dibesarkan di sebuah desa kecil, setiap hari hanya melihat jalan berbatu dan
sempit, perbukitan dan sawah yang lebih sering kering dari pada tertanami padi,
hanya sesekali melihat mobil mewah jika ada orang kaya dari luar yang masuk ke
daerah kami, tentu akan sedikit shock
ketika tiba-tiba disuruh bermukim di pusat kota yang penuh hiruk pikuk dan
serba canggih. Tidak bisa dipungkiri setiap anak selalu memimpikan punya
kehidupan yang serba berkecukupan seperti yang selalu disajikan oleh iklan di
tv atau media massa. Bisa memiliki setumpuk boneka di kamar. Bisa memilih buku
di toko buku dan membawanya pulang ke rumah. Jalan-jalan ke mall atau taman
bermain bersama keluarga. Setiap malam bisa menyaksikan gemerlapnya kota. Rasa-rasanya
setiap anak menginginkan itu, sayapun pernah begitu mendambakan hal-hal seperti
itu. saat saya sudah bisa menikmati semua itu, semuanya tiba-tiba berubah. Kembali
lagi, hanya perubahanlah yang abadi!
Saat beranjak dewasa, tepatnya saat
menjalani kuliah, sebagian hal-hal yang saya idam-idamkan semasa kecil berbalik
menjadi musuh yang selalu saya perangi. Mall tidak lagi menjadi simbol
kebanggaan dan kemakmuran, melainkan tempat yang melambangkan keserakahan para
pemodal besar memperbanyak pundi-pundi kekayaan setelah menggusur tanah rakyat
yang tidak berdosa. Gedung-gedung pencakar langit tidak lagi membuat mata saya
berbinar-binar, malah membuat tanduk devil saya tumbuh dan bertanya-tanya
konspirasi apa lagi yang mau dibuat di gedung itu. surga dunia yang
dipertontonkan oleh iklan di tv tidak lagi membuat saya berdecak kagum, melainkan berdecak jengkel, ah itu semua bohong sayang, just turn off your tv. Mobil mewah
yang berjejalan disepanjang jalan seperti ingin kusapu bersih, I need to
breath!
========
Saya rindu ibu, ayah, dan keluarga di
pulau berbentuk K sebrang sana. Rindu ngobrol sama ibu dan ayah di teras rumah
saat mati lampu. Mati lampu adalah makanan sehari-hari kami yang berdomisili di
daerah. Rindu cerita-cerita nostalgia ibu dan ayah. saya ingin pulang ke rumah.
Tempat pertama yang akan saya sambangi adalah meja makan, disana selalu ada
bale dempo dan sambel kemiri pedas, jika tidak ada, saya akan memesan ibu untuk
membuatkannya. Kemudian tidur nyenyak di samping ibu, di kasur aneh yang selalu
membuat penumpangnya berkumpul di tengah. Sesederhana itu…
========
Tulisan ini menunjukkan sisi saya
yang selalu ingin ini ingin itu. terkesan tidak tahu bersyukur. Saya tidak akan
membuat pembelaan. Ini adalah proses. Proses menapaki hidup.
Wallahu
a'lam bish shawabi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar