Tahukah kamu
perpustakaan terlengkap dan paling kuno di muka bumi ini? Awalnya saya
berpikir, perpustakaan itu terletak di Roma, Yunani, Amerika Serikat, atau
Negara-negara Eropa lainnya. Ternyata perpustakaan itu terletak di kota
Alexandria, Mesir. Namanya adalah The Royal
Library of Alexandria atau Perpustakaan Kuno Alexandria.
Perpustakaan
kerajaan itu dibangun pada awal abad ke-3 SM oleh Ptolomeus I Soter. Tujuannya
untuk menarik orang-orang bijak dari berbagai belahan dunia agar datang ke
Mesir. Sang raja, konon sangat ingin membawa Mesir menuju peradaban tinggi.
Menurutnya hal itu hanya bisa tercapai kalau masyarakatnya cinta pada pengetahuan.
Untuk itu ia memerintahkan agar menyalin seluruh buku di dunia untuk menjadi
koleksi perpustakaan ini, agar seluruh masyarakat bisa belajar berbagai
pengetahuan dan hikmah. Hemmm, andai saja semua raja berpikir seperti itu. Di
Indonesia, separuh dari arsip, naskah, dan buku sejarah kita di boyong ke
Belanda. Yang disisakan oleh penjajah itu lebih dominan mental inlander/budak. Tidak puas merampas
sumber daya alam dan tenaga kita, mereka melenggak memboyong sebagian peradaban
kita. Mereka tak menyisahkan apa-apa, bahasa sekalipun. Sangat beda dari
Inggris, semua Negara jajahan Inggris menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa
nasional atau setidaknya bahasa ke dua mereka dan tentunya jauh lebih maju.
Eh, Balik lagi ke laptop! Pada masa itu, pelabuhan Alexandria sangat ramai dikunjungi berbagai kapal. Umumnya awak-awak kapal itu selalu membawa buku untuk menemani perjalanan. Ketika kapal berlabuh, para pemuka kota mengunjungi awak kapal, meminjam buku mereka dan menyalin isinya. Salinan ini ditulis di atas gulungan kertas papirus, lalu dijadikan koleksi perpustakaan.
Di perpustakaan ini
juga banyak diselenggarakan berbagai pertemuan intelektual, ajang tukar pikiran
para ilmuwan. Topik yang dibahas beragam, mulai dari sejarah, filsafat, sastra
hingga ilmu eksakta. Karena itu, tak mengherankan banyak ilmuwan yang lahir
dari sini. Di antara yang terkenal adalah Archimedes. Disinilah ia menemukan
teori-teori fisikanya.
Perpustakaan ini
memiliki 700.000 koleksi buku yang disusun menurut tema. Beberapa koleksinya
yang berharga adalah: syair-syair karya Homer dan Hesiod. Naskah-naskah
drama karya Sophocles, Euripides, dan Aristophanes. Buku-buku filsafat karya
Plato dan Aristoteles. Buku-buku sejarah karya Hecataeus dan Herodotus.
Buku-buku fisika karya Archimedes dan Hipparchus. Serta buku-buku kedokteran
Medicine Corpus of Hippocrates dan Herophilus (anatomi). Satu-satunya salinan
Undang-undang Roma Purba yang ditulis 700 tahun sebelum kelahiran Nabi Isa,
juga dikoleksi di sini.
Selain mengoleksi buku-buku, perpustakaan ini juga memuat sejarah Mesir secara lengkap.
Wauu amayzing…
Sayang sekali,
kemegahan perpustakaan besar ini berkali-kali dihantam nasib buruk.
Diketahui ada tiga kejadian yang merusak perpustakaan ini. Pertma, ada yg
mengatakan bahwa The Royal Library itu diluluh-lantahkan Kaisar Romawi Julius Caesar
(100-44 SM). Akan tetapi hal ini masih jadi perdebatan. Salah satu dasar
tuduhan bahwa Royal Library dibakar
oleh Kaisar Romawi Julius Caesar adalah bahwa Caesar sendiri
menulis dlm bukunya 'Alexandrian Wars' (Perang2 Alexandria) bahwa
pasukannya telah membakar angkatan laut Mesir di pelabuhan Alexandria beserta
sebuah 'gudang/tempat penyimpanan penuh dengan papirus dan berlokasi didekat
pelabuhan. Tetapi, lokasi Royal Library ini berada di Bruchion, bukan di pelabuhan. Jadi,
'gudang/tempat penyimpanan' itu bukan perpustakaan yg dimaksud. Sementara itu,
sejarawan Aulus Gellius menulis dlm Attic Nights bahwa perpustakaan itu
dibakar secara tidak sengaja oleh tentara Romawi Caesar. Hampir seluruh warga
kota beserta pasukan kerajaan dikerahkan untuk memadamkan kebakaran itu. Mereka
berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen berharga. Meski demikian, tak kurang
dari 40.000 buku hangus terbakar. Hal itu menimbulkan kesedihan mendalam
di hati warga Alexandria.
The Royal Library
bukanlah merupakan satu-satunya perpustakaan yang ada di Alexandria waktu itu.
Paling tidak ada dua perpustakaan lain yaitu perpustakaan milik Kuil
Serapeum dan perpustakaan Kuil Cesarion. The Royal Library merupakan
sebuah perpustakaan privat keluarga kerajaan Mesir, para saintis dan periset,
sementara perpustakaan kuil Serapeum dan
Cesarion adalah perpustakaan-perpustakaan
yang terbuka bagi rakyat umum. Serapeum juga dikenal sebagi Perpustakaan Cabang
Puteri (the Daughter Library), karena mengandung versi-versi orisinal buku-buku
dalam perpustakaan induk, The Royal
Library. Pada akhir abad 1 M manuskrip-manuskrip the Royal Library
dipindahkan dari perpustakaan induk ke Serapeum.
Setelah pembakaran
the Royal Library, Serapeum, yg lebih besar dari Cesarion, menjadi perpustakaan
utama kota itu. akan tetapi penghancuran royal library tidak berhenti sampai
disitu. Pada Tahun 391 M, Paus Theophilus dari Alexandria memerintahkan
dihancurkannya kuil pagan Serapeum dan mendirikan gereja diatas puing-puingnya.
Tapi penghancuran kuil itu tidak mempengaruhi perpustakaan disebelahnya,
kemungkinan besar karena mengandung buku-buku Yahudi dan Kristen, selain buku2
sains yg penting bagi ilmuwan2 pagan maupun Kristen.
Ketika pasukan-pasukan
Arab menginvasi Alexandria dibawah komando Amr Ibn Al Aas bulan Desember
22 H 640 M, mereka menghancurkan tembok-tembok Alexandria dan menjarah kota
itu. mengenai pembakaran sisa Royal
Library lama oleh pasukan muslim dibawah komando Amr Ibn Al Aas sampai saat
ini masih menjadi perdebatan. Versi pertama menuding bahwa Ibn Al Aas berdasarkan
perintah Umar Ibn Al Khattab serta merta memerintahkan buku-buku itu
dilemparkan ke ribuan sumur-sumur tempat permandian di Alexandria dan dibakar.
Apinya masih berguna utk keperluan menghangatkan tentara-tentara Muslim. Dalam
bukunya, History of the Wise Men, sejarawan Muslim, Al Qifti, menyebut tentang pembakaran buku-buku ini berlangsung sampai enam bulan, dan buku-buku yg diselamatkan hanya buku-buku Aristoteles,
Euclid sang pakar matematika dan Ptolemy-sang geografer. Namun versi
kedua menyebutkan bahwa, tudingan pasukan islam yang membakar habis
buku-buku peninggalan Royal Library itu
tidak beralasan. Ini karena Perpustakaan Alexandria lama tersebut telah sirna
sewaktu Julius Caesar membakar sebagian kota itu pada
tahun 100- 44 SM. Kemudian, ketika perpustakaan tersebut dibangun/dipindahkan ke Kuil Sarapeum,
perpustakaan itu pun lenyap akibat gempuran Kaisar Theodorus pada 391 M. Karena
itu, ketika ‘Amr bin Al-‘Ash menaklukkan Alexandria pada 22 H/640 M, perpustakaan
tersebut sudah tiada lagi puing-puingnya.
Cinta Lama bersemi Kembali
Meskipun Husni
Mubarak semasa berkuasa dikenal sangat korup dan otoriter, tapi dia berhasil
meninggalkan satu museum peradaban yang sangat megah dan dielu-elukan oleh
begitu banyak penduduk dunia. Di masa Pemerintahannya pada tahun 2002, perpustakaan
Alexandria kembali dibangun. Pembangunan ini memakan biaya 230 juta dolar
Amerika. Dananya diperoleh secara patungan. Bahkan Suzanne Mubarak, istri
Presiden Husni Mubarak sampai melakukan presentasi di Museum British London
untuk meminta bantuan. Usahanya itu mendapat sambutan hangat. Banyak pihak
mengulurkan bantuannya. Diantaranya donatur dari Arab Saudi yang menyumbang 65
juta dolar, dan Norwegia 3,44 juta dolar (dalam bentuk mebel). Perpustakan baru
ini dibangun di dekat lokasi perpustakaan lama, kota Alexandria. Diresmikan
oleh Presiden Mesir Husni Mubarak tahun 2002. Selain itu, Perpustakaan
yang sangat bersejarah ini dibangun juga atas bantuan UNESCO.
Bangunan dari
Perpustakaan Elexandria ini menyerupai silinder, dengan banyak jendela. Dinding
bagian Selatan dihias potongan batu granit. Permukaan bebatuan yang tidak rata,
ditulisi simbol huruf seluruh dunia. karena letaknya di tepi laut Mediterania,
bila malam tiba, kesan dramatis muncul dari permukaan air yang memantulkan
cahaya lampu jalan yang berwarna keemasan. Konon, bangunan yang dirancang oleh
kantor arsitek Snohetta, Norwegia ini mendekati bentuk aslinya.
Ruang utama
perpustakaan sangat luas. Berbentuk setengah lingkaran dengan diameter 160 m,
mampu menampung hingga 2.500 orang (aslinya, Perpustakaan Alexandria lama bisa
menampung hingga 5.000 orang). Gedung ini memiliki tujuh lantai, 37 m di atas
tanah dan 15,8 m di bawah tanah. Rak-rak buku berjajar dalam ruangan besar,
seukuran empat kali lapangan bola. Disebutkan, perpustakaan ini mampu menampung
8 juta buku.
Perpustakaan
Alexandria memiliki banyak koleksi berharga. Di antaranya 5.000 koleksi penting
berupa manuskrip klasik tentang aneka pengetahuan dari abad 10 M-18 M. Juga ada
catatan penting Napoleon berjudul Description de'lEgypte, yang menceritakan
peristiwa Prancis menyerbu kota Alexandria.
Bercita-cita berkunjung ke sana bersama Wawan
Kami bukanlah tipe
petualang yang selalu punya waktu berkunjung ke tempat-tempat exotic atau
bersejarah. Pertama karena kami masih belum punya dana yang cukup untuk
melakukannya, kedua kami senang menghabiskan waktu nongkrong ngarul ngidul
membicarakan banyak hal. Tapi kami punya cita-cita suatu waktu akan mengunjungi
tempat-tempat bersejarah dunia, salah satunya perpustakaan Alexandria ini. Yah suatu
saat, jika Tuhan mengizinkan.
====
Disadur dari berbagai sumber:
* dan beberapa informasi dari ertikel yang saya lupa menyimpan alamatnya linknya
Gambar dikutip dari:
* http://1001bookstoreadbeforeyoudie.tumblr.com/post/3050111165/library-of-alexandria-egypt
* http://hermankhan.blogspot.com/2012/05/koleksi-manuskrip-kuno-di-perpustakaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar