Senin, 07 Januari 2013

Pray For Sulsel

Tunggulah, Jika pohon terakhir telah ditebang, jika ikan terakhir telah ditangkap, jika sungai terakhir telah tercemar. Maka manusia akan sadar bahwa manusia tidak dapat memakan uang (Pepatah Indian Kuno). 

Bancana banjir dan longsor yang terjadi di Makassar semoga menjadi pelajaran dan cambuk bagi kita semua. Bahwa sudah cukuplah keserakahan ini. Pemerintah harus menghentikan pengembangan dan dukungan terhadap proyek dan mega proyek ambisius APAPUN yang tidak memerhatikan keselamatan lingkungan. Masyarakat harus sadar, bahwa kita harus mencintai alam ini, maka jagalah. 


Sepengetahuan saya selama hidup dan besar di Sulawesi Selatan, belum pernah banjir melanda separah dan semerata awal tahun 2013 ini. Hampir seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan terendam banjir, tak terkecuali ibu kotanya sendiri “Makassar”. Volume banjirnya tidak main-main, mulai dari setinggi dada sampai hampir menutupi atap rumah. Jalan-jalan lintas kabupaten terputus, satu persatu orang hilang terseret banjir. Masyarakat Sul-Sel yang pada umumnya tidak terbiasa menghadapi bencana banjir akhirnya panik sepanik-paniknya tidak tahu mesti berbuat apa.

Pemerintah sama sekali tidak ada persiapan menghadapi bencana dengan skala sebesar ini. Sebelumnya mereka sibuk berkampanye dan membangun citra. Saya tahu betul. Beberapa minggu lalu saya pulang kampung, disepanjang jalan hanya ada baliho kampanye menjijikkan, mobil-mobil mewah berkonfoi di desa-desa bergerilya mengumpulkan suara, masyarakatpun sibuk membicarakan siapa yang akan menang di pemilihan gubernur dan bupati mendatang. 

Semalam sahabat saya yang tinggal di Kabupaten Jeneponto Tamanroya meminta pertolongan melalu Facebook. Sudah tiga hari mereka terendam banjir, tinggi air mencapai 2 meter, listrik mati, sinyal operator celuler putus nyambung, sehari sebelumnya seorang pemuda menghilang dan baru ditemukan setelah menjadi mayat. Katanya dia tidak bisa tertidur memandangi air yang semakin meninggi. Mereka silih berganti berteriak sebagai penanda mereka masih selamat. Mereka butuh pelampung dan perahu karet, namun tak ada bantuan dari Pemerintah setempat. Cia sahabat kami, hanya bisa menggapai kami melalui jejaring social meminta pertolongan dan doa. Katanya malam itu sungguh mencekam. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa, dan berpura-pura tidak panik.

Bumi ini terdiri dari 71 persen lautan. Lautan dengan tangan terbuka  menerima seluruh kiriman air dari daratan. Seperti perumpamaan kolam besar yang menerima titik-titik air dari keran, kolam tidak akan meluap, demikian juga lautan. Bumi ini diciptakan sedemikian rupa oleh Allah SWT, semuanya sudah sudah pada kodratnya, memiliki fungsi masing-masing.  Jika seluruh perangkat saluran air ke sungai  dan sungai-sungai yang mengalirkan airnya ke laut berfungsi baik, maka banjir tidak akan terjadi didaratan. Jika hutan tidak dibabat secara membabi buta untuk ditumpuk menjadi uang di Bank, maka banjir dan longsor juga tidak akan terjadi. Bencana ini adalah teguran. Yah teguran! 

Menurut sumber Walhi Sulawesi Selatan, faktor-faktor yang menyebabkan banjir di kota Makassar adalah penimbunan laut untuk pembangunan infrastruktur untuk kepentingan megaproyek imperialis dalam wujud MP3EI yang sedang di realisasikan oleh pemerintah (hal ini juga akan merampas ruang hidup masyarakat pesisir Makassar), alih fungsi daerah resapan air (misalnya, daerah Antang, Hertasning Baru, Tamalanrea dll) untuk pembangunan perumahan elit, pertokoan dan fasilitas-fasilitas untuk kepentingan investasi, hilangnya ruang terbuka hijau di kota Makassar, dan sistem drainase yang tidak terurus. Selain Makassar, banjir dan longsor juga terjadi di Maros serta banjir di Pangkep, hal ini tidak terlepas dari kerusakan kawasan kars Maros-Pangkep, fungsi kars Maros-Pangkep yang mampu menampung air dalam debit yang cukup besar perlahan mulai hilang seiring dengan penambangan secara bar-bar yang terjadi di kawasan kars Maros-Pangkep, sampai saat ini ±200 Izin Usaha Pertambangan beroperasi di kawasan kars Maros-Pangkep, banjir karena kerusakan alam yang disebabkan oleh tambang dan hilangnya tutupan hutan juga terjadi di Barru. Selain itu, eksploitasi kawasan hutan juga menjadi penyebab utama bencana yang terjadi hari ini, tutupan hutan yang ada terus berkurang akibat eksploitasi secara besar-besaran yang tidak terkontrol dan tidak memperhatikan dampak lingkungan, akibatnya adalah bencana banjir yang telah dan mungkin saja masih akan terjadi di Jeneponto, Takalar, Gowa, Luwu Timur, Luwu, serta daerah-daerah lain mungkin juga akan segera menyusul untuk bentuk bencana yang sama ataupun yang berbeda.
 
Semoga banjir di Makassar dan seluruh wilayah di Indonesia surut secepatnya. Kita semua harus berbenah, terutama Pemerintah, sebelum semuanya terlambat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar