Bagaimana mungkin engkau
bisa tertidur lelap, sementara di emperan rumahmu seorang bapak paruh bayah sedang
terbaring kesakitan. Kakinya bengkak karena penyakit yang mungkin tak pernah
diobati, bahkan tak punya bilik sekedar untuk berbaring. Kakinya sudah membengkak seperti mau pecah,
koreng dimana-mana, darah dan nanah terus merembes. Bagaimana mungkin engkau
menjalani hidup dengan tenang, sementara engkau terus dilingkupi oleh ketidak
adilan dan keapatisan.
Picture taken from here |
Bagaimana bisa kamu
menganggap dunia ini sedang baik-baik saja, sementara kamu bisa menyaksikan
orang sekarat dimana-mana. Seorang bapak paruh bayah, berjalan memakai tongkat
dengan muka meringis kesakitan. Kakinya sebelah kanan, tinggal separuh, kangker
ganas telah menggerogoti kakinya, dan dia tetap harus mencari uang, bukan untuk
berobat, tapi untuk mencari sesuap nasi.
Bagaimana bisa kamu tenang
menjalani hidup, semantara seorang bapak yang tinggal dibilik di dekat kosanmu
meninggal karena sakit yang tidak tertolong. Mati adalah takdir Tuhan, tapi
tugas manusia untuk terus berusaha dan berbagi. Lalu dimana kita yang merasa
diri paling bermartabat?
Bagaimana bisa kamu
mengatakan bahwa kita sedang menuju kepada kehidupan yang lebih baik, sementara
kamu tahu, tak terhitung uang rakyat dihambur-hamburkan oleh segerombolan orang
untuk kegiatan-kegiatan ceremonial nihil guna, acara plesiran, dan dikorupsi
secara massal.
Apa yang bisa dibanggakan dari pertumbuhan
ekonomi yang terus melaju naik, jika setiap hari kita terus menyaksikan
orang-orang mati sekarat?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar