Di
semester-semester akhir saat jadwal kuliah kami sudah mulai renggang, untuk
mengisi waktu luang, saya dan ana hunting organisasi yang pas dan worthy untuk
digeluti. Akhirnya pilihan kami jatuh pada Unit Kegiatan Pers Mahasiswa. Waktu itu
sore-sore ana datang ke kosan saya, dan
dia mengajak untuk ikut in house training
(IHT) di UKPM, sore itu juga saya langsung capcus ke UKPM. Padahal
seharusnya saya harus punya sertifikat diklat jurnalistik dulu baru bisa ikut
IHT, kata ana tidak apa-apa, coba dulu, lah wong kita Cuma mau belajar, kalo
ditolak yah sudah, kita cari tempat lain. Hmmm betul juga..
Dan tibalah
kami di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) unhas. Agak ragu kami
melangkahkan kaki, akhirnya kami sampai di ruang tempo, ketika masuk kami
langsung disambut oleh gambar Che Guevara menutupi dinding berukuran sekitar 3
x 4 meter, sebenarnya sama sekali tidak mirip dengan che, malah lebih mirip
rhoma irama. Wkwkwk. Ada seorang laki-laki yang dengan sangat ramah
mempersilahkan kami masuk, belakangan saya tahu namanya Andi Maddukelleng.
Ruangan berukuran 3 x 6 itu sangat sesak oleh peserta IHT dari berbagai
fakultas. Ana sih enak, soalnya dia sudah kenalan sejak mereka ikut diklat
jurnalistik, saya bermodalkan pede saja tanpa bekal sedikitpun tentang menulis
secara professional. Walhasil sayapun tetap diterima, tapi harus ikut diklat
ditempat lain. Orang-orang pertama yang saya kenal adalah si gondrong Ulla,
Fuhrer yang masih kurus kerempeng, fitri yang dari dulu memang doyan nyerocos.
Pulang-pulang kami sudah dapat tugas untuk menulis artikel dan straight news. Sejak saat itu saya baru
menyadari bahwa menulis itu penting, dan saya harus membiasakan diri untuk
menulis.
Bulan
berlalu, paserta IHT semakin berkurang jumlahx, alam telah menyeleksi kami
untuk bertahan.heu heu. Sampai pada akhirnya kami sudah memenuhi syarat untuk
dikukuhkan. pengukuhan angkatan saya dilaksanakan di tepi danau unhas, entah
karena tempat itu yang dianggap paling cucok buat kami atau kekurangan dana.
Banyak senior-senior yang datang, acara itu semacam ajang silaturahmi kami anak
baru dengan pendahulu-pendahulu yang sudah alumni. Tapi entah kenapa saya
merasa malam itu terlalu banyak advice
dan romantisme masa lalu. Yah setiap generasi punya sejarahnya masing-masing. Kita
tidak bisa memaksakan orang lain untuk menikmati romantisme masa lalu kita. Lucunya,
para tetua dibiarkan ceramah sendiri, satu persatu dari kami meninggalkan
tempat itu. Wkwkwk. kami sepertinya bukan generasi yang pandai menjaga perasaan.
Sampai terjadi ketidak enakan antara senior, panitia, dan tentunya kami yang
dikukuhkan
|
Kolom Pencapir Bengak |
Yang
paling menarik dari acara itu adalah pentas keseniannya. Ada panggung kecil
dilengkapi gitar, jimbe, dan sound system alakadarnya. Setiap orang boleh
bahkan harus menyumbangkan perform,
boleh baca puisi nyanyi atau apapun itu. Saya masih ingat sekali dengan
malu-malunya saya dan ana naik ke atas panggung, saya main gitar dengan
kemampuan dibawah standar, dan kami menyanyikan lagunya cranberries “You’re
gone”. Sungguh malunya setengah mati. Bagaimana tidak, yang datang dari
organisasi tetangga banyak sekali. Apalagi ada gerombolan dari idefix Ippank,
Hera, wali, Madi, dan banyak orang yang waktu itu saya tidak kenal sama sekali
yang terus teriak-teriak dan siul-siulan. Tapi untungnya semua dapat giliran.
Yahhh setidaknya saya dan ana tidak malu-maluinlah.
Kemudian menjelang
dini hari, ada semacam petualang kecil-kecilan, kami harus melalui beberapa
pos. Di tiap pos kami disuguhi berbagai permasalahan kemudian diberikan ceramah
singkat. Yang paling lucu ketika sampai di pos yang digawangi oleh Gun dan
kawan-kawan, saya tidak tahu persis siapa yang mendampingi gun, tapi dugaan
saya ada adam di situ. Mereka berbicara panjang lebar tentang ALENIASI (kalau
tidak salah), jujur materi itu terlalu berat diterima oleh otak yang sudah
sangat lelah di tengah malam gelap gulita dan basah. Apalagi kami masih sangat
awam dengan tema-tema seperti itu. Yang saya ingat, saya tertidur waktu itu.
Upss sorry mas brow.
Setelah
resmi menjadi anggota UKPM, saya aktif menjadi pengurus. Ana memilih untuk
break, karena dia harus fokus ke kuliah kedokterannya dan aktif di
organisasinya di Fakultas. Keputusan saya untuk aktif di UKPM menyelamatkan
saya. Di UKPM-lah saya belajar untuk berdialektika dan tidak menjadi
biasa-biasa saja. Di sana saya belajar menghidupi organisasi, berjuang bagaimana
agar supaya organisasi tidak hanya menjadi tempat berkumpul dan melakukan
serentetan ceremonial, tapi bagaimana agar organisasi bisa menjadi wadah untuk
belajar dan berbuat untuk sesuatu yang kami yakini benar. Sebelumnya saya
sempat mencoba untuk aktif di organisasi di fakultas atau jurusan, Cuma tidak
ada yang bisa membuat saya betah seperti UKPM membuat saya addicted. Di UKPMlah saya
belajar untuk menyatakan pendapat secara frontal, menyatakan ketidaksukaan saya
pada sesuatu dan tanpa ragu mengungkapkan suka pada sesuatu yang saya sukai.
UKPM
sering disebut rumah pelangi, karena UKPM selalu menampung semua jenis manusia
dan barbagai jeni karakter, bahkan jenis manusia yang tidak diterima di
komunitas lain, di UKPM semua punya peluang yang sama untuk berkembang. meskipun
belakangan istilah rumah pelangi masih menjadi perdebatan. Tapi apasih yang
tidak diperdebatkan di rumah itu, semut yang berbaris di dinding saja bisa
menjadi bahan diskusi berjam-jam. Rumah pelangi sudah seperti rumah sendiri,
saya hanya balik ke kosan ketika ingin beristirahat saja, sungguh luar biasa
sibuknya berada di tempat itu, dari pagi
sampai malam pekerjaan seakan tidak ada habisnya, semacam mengurusi Negara
saja. Hahaha. Waktu itu badan saya menyusut drastis, mungkin karena kecapean,
apalagi tidak gampang menghadapi karakter-karakter aneh bin ajaib di rumah
pelangi itu, saya kecapean fisik dan mental. Tiap hari berdebat sama fitry
tentang apapun itu, dengan kurni, dengan fahri, terlebih dengan wawan.
Benar-benar menguras emosi. Huhuhu.
|
Di Gedung Ipteks, tempat kita bermain |
Wadah untuk
berdebat paling sengit adalah TEROR.COM. Diary bersama yang disediakan untuk
menampung segala macam unek-unek dan semua-muanya. Temanya bisa sangat serius,
tapi kadang nyampahx benar-benar nyampah. TEROR juga sering menjadi tempat
untuk bertengkar sengit dan berargumen. Bahkan orang-orang pendiam seperti Kurn
bisa menjadi sangat cerewet ketika menuliskan pendapatnya.
|
boleh kak, diliat-liat aja dulu, ini murah loh! |
Ketika
menjelang sore, kami sering duduk di tangga depan UKM mengamati berbagai macam
aktivitas eks-skul mahasiswa mulai dari main Taekwondo, panjat tebing, futsal,
marching Band, bola volley dan yang paling penting menggodai cewek-cewek cantik
yang sedang lewat. Yahhh, kami cewek-cewek lama-lama jadi terpengaruh dengan
kebiasaan cowok-cowok, soalnya kami sangat minoritas. Ritual yang paling tidak
bisa saya lupakan adalah konser bersama, atau nyanyi non stop hits caca lala.
Segala jenis genre music kami sikat habis, meskipun kualitasnya pas-pasan, dari
dangdut, regge, melayu, bugis, Makassar, rock, britpop, punk dan banyak lagi. Biasanya yang
sering menjadi leader/gitaris adalah dedy the bobs. Dedy tidak hanya jago
menulis, tapi dia juga punya musikalitas tinggi. Dia sangat fasih menyanyikan
lagu melayu. Dan yang bertugas menabuh Jimbe adalah kurni. vokalisnya bisa
sampai 10 orang bahkan lebih. Kami bahkan sering ditegur sama tetangga karena
terlalu berisik. Tidak ada suara falls, semuanya boleh bernyanyi. Bahkan adam
dan asad yang suaranya falls minta ampiun boleh bernyanyi dengan sangat
pedenya. Makanya kami bilang, jika ingin menumbuhkan rasa percaya diri,
bergabunglah di UKPM. Orang yang tadinya pendiam,setelah masuk di UKPM bisa
menjadi cerewet, tapi tidak jarang setelah aktif di UKPM karakternya menjadi
aneh dan uncontrol. Yahhh tergantung
kadar keimanan masing-masing lah.
Pengalaman
saya berUKPM tidaklah sebanding dengan apa yang dialami oleh kawan-kawan yang
lain, K Anwar dkk, K Irna, Adam, Asad, Gun, dr. V, Cia, Akel, Abang, Dedy, K
Nuru, dan semuanya. Cerita ini hanya penggalan kecil tentang UKPM. Sungguh
tempat itu selalu membuatku tertawa sendiri dan merasakan kangen.
Oh yahh, tulisan ini sama sekali tidak bermaksud memaksakan orang lain merasakan romantisme berUKPM saya. it's just for fun. heheh
jd ndag bisa ngebayangin, saat membawakan sebuah lagu, kenapa ndag kepikiran saat2 bersama di SIFOR kmaren,,, hahahahah
BalasHapuscoba coba mana pengalamanx sm ex ketua ukpm, bs lah di bagi...
BalasHapushehehehe piss tante...
om dirga,itu uruasan dapur,hehehe tidak eloklah dishare di sini.hehe
BalasHapus