Selepas tamat sekolah menengah atas, TV memang tidak begitu penting bagiku. TV adalah barang mahal yang tak dapat kumiliki di kamar kosan yang sempit dan pengap. Kalaupun ada acara TV yang ingin sekali kutonton, masih ada TV tetangga kamar yang malu-malu kutongkrongi. Televisi memang bukan kebutuhan primer, tapi selalu menggoda untuk dipelototi bahkan tak segan merampok waktu dan akal sehat. Jujur saya sangat menyukai infotaikucingment. Menyenangkan rasanya menyaksikan Syahrini pamer kekayaan dan kenorakan dari satu negara ke negara lain, naik jet pribadi, dengan berlian dan tas hermes menggelantung ditangannya, serta sepatunya yang kayak tapal kuda itu. Rasa penasaranku mendadak tak bisa dibendung lagi, kala mengetahui olga saputra sakit dan menghilang, dan ikut bersedih saat kembali dalam keadaan tidak bernyawa. saya ikut panas dan mencak-mencak saat menyaksikan si ruhut sitompul banyak cincau di acara debat salah satu acara TV. Sulit menahan diri untuk tidak ikut dalam arus berita Jessica, beritanya mengalahkan ketenaran presiden atau siapapun, proses peradilannya disiarkan secara langsung dari pagi sampai malam, nonstop nyaris tanpa iklan. Belum lagi, sinetron-sinetron yang tak kelar-kelar. Saya pernah menyukai Joda Akbar, bahkan nonton di youtube saking penasarannya. Demi apa semua itu? demi sampah yang tak ada kontibusinya sedikitpun pada diri saya, volume otak saya, terlebih buat kemaslahatan umat.
Sampai akhirnya saya menikah dan pindah ke kontrakan baru. Kami sepakat tak akan membeli TV. Jadilah kami tak pernah nonton TV. Apa rasanya? Seluruh waktu adalah milikmu. Kami jadi lebih banyak ngobrol, saya jadi lebih rajin masak dan bersih-bersih, banyak waktu buat tidur, membaca, nonton film hasil downloadan, dan jalan-jalan. Ternyata, tidak nonton TV itu menyenangkan. Cukup mampu menangkal stress! Lalu dari mana mengupdate info dan beritu? Semua jadi mudah sejak ada si phone yang smart itu. Sayangnya godaan beralih ke dia. Hiks. Sebetulnya banyak acara TV yang mengedukasi, menghibur, dan, berguna, jika saja mampu dan mau mengeluarkan gocek yang agak banyak tiap bulannya.
Tak terasa sudah setahun berlalu, tanpa TV, infotaikucingment, sinetron, berita-berita penguras emosi, dan iklan. Tak ada yang mengontrol imajinasi saya, tak ada yang mencolek-colek hasrat berbelanja saya, dan saya merasa lebih muda!
Backsound: Mars Penyembah Berhala by Melancholic Bitch
..........................
Siapa yang membutuhkan imajinasi, jika kita sudah punya televisi.
Semesta pepat dalam 14 inci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar