Purnama
Kenapa suratku belum juga kau
balas. apa kau marah atas sikap reaksionerku? aku meminta maaf. aku tidak
bermaksud mengerdilkanmu atau semacamnya. aku hanya masih agak bingung dengan
surat tiba-tiba itu. sekali lagi, aku meminta maaf.
semoga kamu sehat selalu Purnama,
diusiamu yang menghampiri 60. semoga penyakit nyeri tulang yang sedari kecil
selalu menyerangmu tidak semakin parah. perbanyaklah minum susu kalsium. oh
iya, apa kamu masih senang olahraga lari? mungkin sudah kau turunkan levelnya
menjadi jalan cepat saja, tidak apa-apa, itupun sudah cukup. apa kamu
mengkonsumsi anti aging? apa rambutmu sudah berwarna putih semua? oh Tuhan, aku
sungguh penasaran bagaimana rupamu saat ini. kau tahu, entah kenapa, aku
merindukanmu. kamu pasti jauh lebih bijaksana sekarang, aku masih sangat
impulsif saat
ini, keras kepala, dan terlalu keras pada diri sendiri.
Kemarin aku
menghadiri
acara
anniversary kantorku. acaranya berantakan, tidak ada yang menarik selain door
prize dan lomba goyang Cesar
para cleaning service dan honorer. sebagian besar acaranya sangat simbolik, dimulai dengan
penanaman pohon oleh Menteri, senam yang telat dan terburu-buru karena menunggu
para pejabat sarapan atau entah apa, sambutan-sambutan, dan pelepasan merpati
oleh para pejabat-pejabat. Sound systemnya kacau. Panggungnya mengarah ke tenda
yang dikhususkan untuk pak menteri dan jajarannya. Kami yang ditugaskan untuk datang,
hanya jadi penggembira. Perayaan itu sebenarnya bukan untuk instansi
kami dan mesin-mesin di bawahnya, melainkan hanya untuk menyenangkan sang Tuan
kita. Budaya kita sepertinya masih sangat susah untuk lepas dari yang namanya
mendewakan atasan. Apakah kehidupan setara suatu saat benar-benar akan ada? aku mengeluh
lagi, kuharap kau mengerti, presiden kita saja tak hentinya mengeluh tentang
kehidupan pribadi dan partainya, seolah dialah yang paling menderita di negeri
Indonesia ini. hahaha.
Saat ini aku membaca buku Catatan Seorang Demonstran,
telat yahh, setelah tak menjadi mahasiswa, aku baru membacanya. Tak apalah, aku
memerlukan buku-buku “galau” seperti itu, untuk menjagaku dari rasa mapan. Di
buku itu, Gie menulis catatan harian sejak umur 15 tahun. diusia remajanya itu,
Gie lebih banyak menulis tentang nilai-nilai pelajarannya di sekolah,
teman-temannya, dan gurunya yang tak segan-segan dia katai bodoh, atau teman-teman ceweknya yang dia
sebut manis tapi bodoh. Sejak kecil, gie sudah mempunyai konsep hidup yang
orang tuapun belum tentu memikirkannya. Sejak kecil dia sudah mengakui kalau
dia tidak percaya agama, dia tidak percaya pada institusi pernikahan, sejak remaja
ketertarikannya pada sastra memudar (bukan karena tidak menarik, tapi karena sudah
dia khatami) dan kemudian level minatnya meningkat pada pelajaran filsafat. Aku baru
membacanya di seperempat awal, anak muda itu memang tidak biasa.
Kau ingat masa-masa tahun 2000-an, sewaktu film Ada Apa
Dengan Cinta (AADC) sangat booming? Satu-satunya film indonesia yang tak bosan-bosan
aku tonton adalah film itu. Adegan yang paling aku sukai adalah sewaktu Cinta
di interogasi oleh teman-temannya di lapangan basket sekolah, apakah
dia jatuh cinta pada rangga atau tidak, disertai tangis yang meledak Cinta
mengakuinya, aku tak bisa berhenti
memikirkannya. Menurutku adegan itu sweet sekali, actingnya natural, dan selalu
membuat jiwa mudaku terpanggil kembali. Aku bisa mengulang adegan itu berkali-kali.
hahaha. Sosok rangga dalam film itu, diidentikkan dengan Gie (menurut pengakuan
sutradarnya Mira Lesmana dan Riri Riza), sosok pendiam, penyendiri, cerdas,
suka sastra, atau jika dirangkum dalam satu kata, disebut cool. Disitulah letak
kehebatan sebuah film Purnama, dia mampu mempengaruhi kepala remaja-remaja
indonesia dalam waktu sepersekian detik. Anak-anak SMA waktu itu tanpa berpikir
dua kali, menjadikan rangga sebagai defenisi cool, yang tadinya tak punya
ketertarikan pada sastra, tiba-tiba menjadi suka sastra, yang tadinya cerewet
tiba-tiba jadi kalem. Cewek-cewek tak mau kalah, berpenampilan persis seperti Cinta
dan kawan-kawannya, dan geng-gengpun menjamur dimana-mana. Terlepas dari efek
menimbulkan kepribadian palsu bagi
remaja waktu itu, AADC menjadi tonggak bangkitnya perfilman indonesia, sebelum
kembali berkubang dalam kenistaan gendre hantu jadi-jadian, pocong, dan
sejenisnya. terus salah guwe, salah
temen-temen guwe?
Oh ya hari ini, 28 Oktober 2013, semua orang memperingatinya
sebagai hari Soempah Pemoeda. Jalanan ke kantor macet, entah sableng atau apa,
ada sekelompok orang upacara di tengah jalan. sebuah acara musik di TV
mempertontontankan lomba membaca Soempah Pemoeda dengan kostum macam-macam. Cuma
sejauh itu, sebagian besar dari kita memaknai hari soempah pemoeda, sangat ceremonial,
tidak lebih. sementara sekelompok pemuda yang turun ke jalan menuntut keadilan kemudian
dikatai goblok. perkara benar dan salah sudah tidak jelas lagi batasnya dimana.
Purnama, aku telah bercerita banyak, kuharap kamu akan
menepati janjimu, akan menjadi teman berbagiku.
Regards
Purnama
28 Oktober 2013