Menyaksikan film ini, seperti membakar semangat
dan impian yang telah lama membeku, impian tentang dunia yang lebih baik itu
kelak akan ada. Mengingatkan bahwa idealisme dan kebaikan harus ditransformasi
menjadi tindakan nyata.
Meskipun film ini bercerita tentang romantisme
hubungan singkat antara dua pasang anak muda yang kemoudian terpisah selama
sembilan tahun, tapi roh dari dialog-dilaognya begitu serius menyampaikan
tentang kekhawatiran atas dunia yang semakin porak poranda. Bahwa dunia ini
sedang tidak baik-baik saja.
Hasrat untuk menonton adegan-adegan tertentu yang
menurutku keren, selalu datang kapan saja setiap ada waktu senggang. Dan pasti
berakhir dengan mengabiskan waktu hampir dua jam untuk melihatnya dari awal
sampai akhir tanpa melompat-lompat. Saya tidak berdaya untuk melumatnya dari
awal sampai akhir, meskipun niat awal hanya ingin melihat bagian tertentu saja.
Saya sudah lupa kapan pertama kali menemukan film
ini, tapi dugaan saya pasti tidak jauh-jauh dari rekomendasi teman-teman di
UKPM. Dan jika disuruh menyebutkan film yang wajib ditonton sebelum
meninggalkan dunia ini salah satunya adalah film Before Sunrise dan Before
Sunset ini. Saya masih penasaran, apakah sekuel ketiganya akan sebagus kedua
film sebelumnya. Saya pernah membaca artikel kalau Julie Delphy sudah tidak
ingin berakting lagi, dia lebih memilih jadi penulis skenario dan bekerja di
belakang layar saja. Kalau sekiranya disekuel ketiganya bukan dia lagi yang
berperan sebagai Celine, tentu cita rasanya akan berbeda. Julie Delphy
benar-benar sudah mendarah daging dengan karakter Celine.
Film adalah salah satu karya manusia yang
memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan manusia. Film mampu
merefleksikan apapun, membuka cakrawala berpikir, menyadarkan kita tentang
kehidupan di luar kehidupan kita, memberitahukan sejarah masa lampau tanpa
membuat kening merengut, dan juga mampu memberikan gambaran dan imaginasi
tentang masa depan yang super canggih.
Oleh karena itu sebagai bentuk penghargaan saya
terhadap karya-karya yang menginspirasi orang banyak ini, saya akan membuat
ulasan, atau resensi, atau petikan dialog, atau apalah namanya terhadap
film-film yang saya sukai. Setidaknya kelak akan mengingatkan saya tentang masa
muda saya, syukur-syukur kalau ada yang membacanya dan terinspirasi, lebih
bagus lagi kalau kelak keturunan saya membacanya dan penasaran ingin menonton
film kesukaan orang tuanya. Heheheh
Sebelumnya saya sudah membuat resensi dari film
pertama Before Sunrise dengan judul menyambut Sekuel Before Sunset part #1.
Setelah beberapa bulan, saya baru ada waktu lagi untuk membuat resensi
lanjutannya. Saya ingin bilang, waktu yang saya miliki rasanya semakin sempit
saja, tapi sudahlah.
========
Before Sunset
Di awal, kita akan langsung disuguhi oleh
pemandangan sekitaran toko buku sekaligus perpustakan terkenal di Paris bernama
Shakespeare and ComPpany. Tempat ini terletak di Left Bank at 37 Rue de la
Bucherie Opposite Notre Dame. Dulunya tempat ini menjadi tempat pertemuan
penulis-penulis terkenal dari Prancis, Inggris, dan Amerika seperti E.
Hemingway,Getrude Stein, dan banyak lainnya. Saat ini, Shakespeare and Company
selalu menjadi tujuan prioritas setiap pelancong yang datang ke sana.
Di dalam toko buku itu tampak seorang pria dewasa
sedang mengadakan jumpa pers terkait bukunya yang menjadi best Seller di negaranya Amerika Serikat. Jessie setelah sembilan
tak terlihat, ternyata telah menjadi penulis terkenal. Tulisannya yang paling
terkenal adalah This Time, yang mengisahkan hubungan singkat antara sepasanga
anak muda di Wina yang tidak lain dan tidak bukan merupakan kisahnya sendiri
bersama Celine sembilan tahun silam.
Tanpa di duga, Celine sudah berdiri di ruangan
lain sedang mengamati Jessie melakukan sesi tanya jawab bersama wartawan. Jessie
seketika kehilangan konsentrasi setelah melihat Celine. Dia langsung
menyelesaikan wawancara dan menghampiri Celine. Jessie mengira dirinya
berkhayal ketika melihat Celine. Mereka tampak kikuk satu sama lain.
Jessie harusnya langsung ke Bandara kembali ke
negaranya ketika sesi wawancara selesai. Tapi dia ingin menggunakan waktunya
yang sedikit itu untuk ngobrol dan jalan-jalan sebentar dengan Celine. Mereka
pun jalan menuju ke salah satu Kafe yang
terkenal di Paris yaitu Le Pure Café. Jessie. Di dalam perjalan menuju Kafe,
Celine menanyakan apakah waktu itu Jessie datang ke Wina untuk menemuinya.
Dengan sangat menyesal Celine tidak bisa datang karena di waktu yang bersamaan
neneknya meninggal. Awalnya Jessie menjawab tidak, tapi akhirnya terkuak juga bahwa
dia datang ke stasiun Wina di bulan desember 1994 seperti perjanjian mereka.
Jessie merasa seperti orang gila menempelkan nama alamat dan nomor telpon di
setiap sudut stasiun. Saat itu dia merasa sangat bodoh kenapa mereka tidak
bertukaran identitas sebelum berpisah enam bulan sebelumnya.
Oh iya, Celine bekerja di organisasi lingkungan
Green Cross. Pekerjaan itu sangat cocok dengan karakter Celine yang penuh
semangat dan ambisi tentang dunia yang lebih baik. Semua kekhawatiran di masa
mudanya diterjemahkannya dalam tindakan nyata dengan pergi ke Afrika, India,
dan Negara-negara miskin lainnya untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan pokok
mereka seperti air bersih sampai ke isu pelucutan senjata kimia. Organisasinya
itu lebih banyak bekerja melawan perusahaan raksasa yang memberikan limpahan
sumbangan polusi dan pencemaran air di Negara-negara berkembang. Sebelumnya
Celine pernah bekerja di Pemerintahan, tapi tidak betah dan berhenti. Dia tidak
tahan hanya duduk dan berdebat tentang dunia yang semakin porak poranda. Celine
ingin melakukan sesuatu, meskipun itu kecil, untuk memperbaiki kekacauan
ini.
Saya menyukai bagian saat mereka berdebat setelah
Jessie mengatakan bahwa dunia ini sedang menuju menjadi lebih baik. Celine
tidak bisa menerima pernyataan Jessie. Tanpa memberikan kesempatak kepada
Jessie untuk menjelaskan pernyataannya, Celine terus nyerocos.
“ Bagaimana
mungkin kamu mengatakan dunia ini sedang menuju menjadi lebih baik? Kita
memindahkan industri ke Negara berkembang dengan tenaga kerja murah, bebas dari
hukum lingkungan, industry senjata meledak. Lima juta orang meninggal tiap
tahunnya akibat penyakit yang tidak bisa dicegah. Terus bagaimana bisa kamu
mengatakan semuanya baik-baik saja?”
Masih seperti Jessie yang dulu, Jessie yang
selalu bisa mengimbangi Celine yang meluap-luap.
“iya, aku
sangat menyadari banyak masalah serius di dunia ini. maksud aku, masih banyak
orang yang menyadari itu, masih banyak yang akan melawan balik. Dunia mungkin
akan lebih baik karena ada orang-orang seperti kamu Celine!”
Mereka bercerita panjang lebar mengenai aktivitas
mereka selama sembilan tahun berlalu. Sebelumnya Celine pernah tinggal di New
York selama empat tahun untuk menyelesaikan masternya, tapi dia memilih kembali
ke Paris karena Visanya habis. Menurutnya, gangguan yang paling mengusiknya
sewaktu menetap disana adalah kepemilikan senjata yang begitu bebas. Dia malah
pernah disarankan oleh seorang polisi untuk memiliki pistol untuk jaga diri.
Maka tidak mengherankan jika disana sering sekali terjadi penembakan brutal
oleh orang-orang sakit jiwa seperti yang terjadi baru-baru ini, seorang
psikopat memberondongi orang-orang yang sedang mengantri dan mengira dirinya
sebagai Joker. Sementara itu, Jessie juga pernah tinggak di New York di tahun
yang sama dijalan yang bertetanggaan dengan celine. Jessie telah menikahi
seorang guru SD dan memiliki seorang anak. Jessie mengakui bahwa pernikahannya
tidak bahagia, meskipun demikian dia sangat menghargai istrinya. Dan kelihatan
Celine tidak begitu suka dengan kenyataan itu. Celine malah berpura-pura tidak
mengingat bahwa mereka telah bercinta dipenghujung malam di Wina sambil
menunggu matahari terbit. Perempuan memang sangat pandai menyembunyikan
kekecewaan. Wanita adalah mahluk yang paling pandai berpura-pura.
Yang menarik dari film ini adalah
perbincangan-perbincangan tentang sesuatu yang sangat alami dan tak
muluk-muluk, dan tentunya mendidik. Heheh. Topiknya melompat-lompat.
Rasa-rasanya saya ingin menulis semua dialog-dialognya.
“apakah
kamu pernah ke Eropa Timur? Sewaktu remaja aku pernah berlibur ke sana, ke kota
Warsawa saat sedang menjalani rezim komunis yang sangat ketat. Selama dua
minggu di sana, aku menyadari ada yang berbeda dengan diri aku. Selama dua
minggu aku tidak nonton TV karena tidak
mengerti bahasanya. Haha. Tak banyak bahkan tak ada yang bisa dibeli. Tak ada
iklan. Aku hanya mondar-mandir, berjalan kesana kemari, menulis, otak aku
seperti beristirahat. Bebas dari kegilaan mengkonsumsi. Saya merasa damai. Tak
ada dorongan untuk berada di tempat lain untuk berbelanja. Awalnya memang
sangat membosankan tapi kemudian menjadi sangat berjiwa”.
“Jessie
apa kamu menikmati pekerjaanmu sebagai penulis terkenal?
“No,
hahahha” jawab Jessie sambil menghembuskan asap rokok lewat mulutnya.
“Dalam bidang
aku, aku melihat orang-orang punya visi idealis yang besar. Menjadi pemimpin
yang menciptakan dunia yang lebih baik. Mereka menikmati tujuannya tapi tidak
prosesnya. Dulu saya pernah bekerja untuk desa-desa di Mexico, perhatian mereka
bagaimana mendapatkan pensil yang bisa dikirim pada anak-anak di sekolah
pedesaan. Ini bukan gagasan revolusioner, ini menyangkut pensil. Saya melihat
orang-orang yang kerja serius, tapi yang
menyedihkan adalah, orang yang paling banyak memberikan, bekerja keras,
dan mampu membuat dunia lebih baik biasanya tak mempunyai minat dan ego untuk
menjadi pemimpin. Mereka tidak tertarik pada penghargaan yang dangkal. Mereka
tidak peduli bila nama mereka muncul di media massa. Mereka menikmati proses
membantu orang lain.
Saya jadi teringat kawan-kawan di Makassar. Adam
dan kawan-kawan yang terus berjuang mendampingi petani di Bantaeng agar lebih
mandiri dan punya kekuatan melawan perusahaan besar (kebanyakan kasusnya
melawan PT PN) yang terus menerus mengekpansi tanah petani-petani miskin. Dedi
yang lebih banyak menghabiskan waktu di desa-desa melakukan pendampingan. Atau
Nini dan kawan-kawan yang menghabiskan waktu dan tenaganya di Walhi. K Upi yang
meskipun saya tidak begitu mengenalnya, tapi saya tahu dia adalah sosok sederhana
dan tangguh yang mau merelakan waktunya untuk terus berdiri di barisan
orang-orang yang terpinggirkan. Ippang, Hera, Reza, dan banyak lainnya. Sungguh
beruntung mengenal mereka. Merekalah yang membuat saya bisa terjaga dan masih
mempertahankan kewarasanku sampai saat ini. Mereka, adalah para pekerja keras,
memiliki mimpi tentang kehidupan yang lebih baik, dan mencintai prosesnya.
Tetapi tidak memiliki ambisi untuk dikenal, dipuja, atau menjadi pemimpin yang
ditakuti. Mereka mencintai pekerjaan mereka.
Baik, kita balik lagi ke Jessie dan Celine
Setelah berbicang-bincang tentang banyak hal yang
melompat-lompat dan penuh perenungan, bahkan agak filosif menurutku, mereka
berjalan-jalan ke kebun. Rute perjalanan mereka cukup panjang, lumayan bisa
memperlihatkan kecantikan kota Paris dari berbagai sudut. Hemmmm, apa yang bisa
diceritakan dari film yang hanya teridiri dari dua pemeran saja? Selain
dialog-dialog. Hahah. Anehnya saya masih ingin menuliskannya.
Bukannya langsung ke bandara, Jessie malah
mengajak Celine naik perahu disepanjang sungai (saya tak tahu namanya), dan
meminta sopirnya untuk menjemputnya di Quai Henry Quatre. Kuingatkan jangan
membacanya dalam bahasa inggris, pronountationnya sangat jauh berbeda dari
tulisannya.
Di dalam kapal merekapun mengakui betapa mereka
menyesali tidak bertemu di WINA. Begitu bodohnya mereka tidak meninggalkan
alamat atau nomor telpon. Terus
berandai-andai sekiranya nenek Celine meninggal beberapa hari
sebelumnya, mereka mungkin bisa bertemu, dan keadaannya pasti akan berbeda.
Jessie menceritakan bahwa pada saat menjelang hari pernikahannya, dia terus
memikirkan Celine, bahkan pada saat dia mau mengucapkan janji pernikahan, dia
merasa melihat Celine.
Jessie terus menunda keberangkatannya menuju
Bandara, dan malah mengantarkan celine pulang ke apartemennya. Di dalam mobil,
Celine mengakui bahwa dia susah untuk mencintai seseorang. Ketika membuka diri
untuk mencintai dan dicintai, dia langsung mual.
“kesepian
itu lebih baik, dibandingkan duduk di sisi kekasih tapi kesepian”
Celine mengakui kalau banyak cinta yang datang
padanya, cuma dia merasa tidak memiliki koneksi.
“Setelah
pertemuan singkat di itu, saya tidak bisa merasakan apa-apa lagi. saya telah
mengeluarkan semua romantisme saya dalam
waktu semalam, dan saya tidak bisa merasakannya lagi sampai sekarang. Malam itu
merenggut semuanya, dan kamu membawanya pergi”.
Jessie hampir tak percaya dengan apa yang
dikatakan Celine, dia ingin sekali memeluk Celine tapi tidak mampu. Celine
terus berbicara tanpa memberikan kesempatan kepada Jessie. Celine lagi-lagi
tidak bisa mengontrol emosi dan meminta turun dari mobil. Jessie terus
membujuknya untuk tetap di mobil, dan merasa sangat bahagia karena bersama
Celine saat itu, dan merasa sangat senang ternyata Celine tidak melupakannya.
”ooh iya,
betul saya tidak melupakanmu. Tapi menjengkelkan. Kamu datang ke Paris,
romantis sekali, tapi kamu sudah beristri. Persetan denganmu. Jangan salah
sangka, aku bukan ingin merayumu. Yang kuperlukan memang orang yang sudah
menikah. Dalam hatiku sekarat,karena mati rasa .
“saya
sangat bahagia bisa bertemu denganmu, meskipun kamu telah menjadi aktivis
pemarah dan manik-depresif, aku masih menyukaimu dan menikmati bersamamu” seru
Jessie masih terus merayu.
Sekarang giliran Jessie yang curcol
“kamu
pikir hanya kamu yang merasakan itu? hidupku buruk total. Kebahagiaan yang
kudapat hanyalah ketika keluar bersama anakku. Aku sudah mendatangi konsultan
pernikahan, dan melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu kulakukan,
menyalakan lilin, membaca buku helpself dan macam-macam. Aku tidak melihat masa
depan bersama istri aku, tetapi ketika kulihat anakku, kupikir akan kujalani
siksaan seberat apapun untuk bisa bersamanya setiap menit dalam hidupnya. Tapi
aku tidak ingin bercerai diumur 52 tahun. Aku ingin hidup bahagia, istrikupun
layak mendapatkan kehidupan yang bahagia. Sampai aku bermimpi berdiri di peron
dan melihat kamu pergi, dan tiba-tiba aku terbangun berkeringat. Aku bermimpi
kamu hamil dan terbaring disampingku bugil, aku ingin menyentuhmu tapi kamu
melarangku dan berpaling, tapi aku tetap menyentuhmu tepat dikakimu, dan aku
terbangun sambil menangis. Istriku terbangun memandangku, aku melihatnya
seperti jutaan mil jauhnya. Lalu akupun berpikir, mungkin aku telah menyerah
dari gagasan cinta yang romantic, aku telah membuangnya pada saat kamu tidak
datang.
“Apa kau
bahagia mengetahui kehidupanku jauh lebih buruk Celine?”
“yah
setidaknya itu membuatku lebih baik. Hahaha”
“aku
senang mendengarnya”
Celine telah sampai di depan apartemennya. Jessie
bersih keras mengantarnya masuk ke dalam. Jessie memaksa Celine menyanyikannya
sebuah lagu. Celine memiliki tiga lagu berbahasa inggris, satu tentang kucing,
satunya tentang mantan pacarnya, dan satunya lagi lagu waltz. Jessie memilih
lagu waltz. Dengan diiringi petikan gitar, celine bernyanyi disudut ranjang
tepat didepan sofa tempat Jessie duduk menatapnya.
Let
me sing you a waltz
Out of nowhere, out of my thoughts
Let me sing you a waltz
About this one night stand
You were for me that night
Everything I always dreamt of in life
But now you're gone
You are far gone
All the way to your island of rain
It was for you just a one night thing
But you were much more to me
Just so you know
I hear rumors about you
About all the bad things you do
But when we were together alone
You didn't seem like a player at all
I don't care what they say
I know what you meant for me that day
I just wanted another try
I just wanted another night
Even if it doesn't seem quite right
You meant for me much more
Than anyone I've met before
One single night with you little Jessie
Is worth a thousand with anybody
I have no bitterness, my sweet
I'll never forget this one night thing
Even tomorrow, another arms
My heart will stay yours until I die
Let me sing you a waltz
Out of nowhere, out of my blues
Let me sing you a waltz
About this lovely one night stand
Out of nowhere, out of my thoughts
Let me sing you a waltz
About this one night stand
You were for me that night
Everything I always dreamt of in life
But now you're gone
You are far gone
All the way to your island of rain
It was for you just a one night thing
But you were much more to me
Just so you know
I hear rumors about you
About all the bad things you do
But when we were together alone
You didn't seem like a player at all
I don't care what they say
I know what you meant for me that day
I just wanted another try
I just wanted another night
Even if it doesn't seem quite right
You meant for me much more
Than anyone I've met before
One single night with you little Jessie
Is worth a thousand with anybody
I have no bitterness, my sweet
I'll never forget this one night thing
Even tomorrow, another arms
My heart will stay yours until I die
Let me sing you a waltz
Out of nowhere, out of my blues
Let me sing you a waltz
About this lovely one night stand
“Boleh
kutanya satu pertanyaan?, apakah kamu selalu menempelkan nama cowok, setiap ada
cowok yang datang ke sini?”
“oh yahhh
jelas, menurutmu aku menuliskan lagu tentangmu, apa kamu sinting?”
BUkannya bergegas ke mobil dan melaju ke bandara,
Jessie malah memperbaiki posisi duduknya dan terus memandangi celine.
“Baby,
you’re gonna miss that plane!”
“ya, I
know”
Rasa-rasanya obrolan mereka layak untuk dijadikan puisi, prosa, atau kata
mutiara. Haha. Obrolan mereka sungguh sangat berbobot, tapi tidak terkesan
menggurui...
tulisannya keren niaarr..i love it :)
BalasHapuskarna membaca tulisanmu, saya nonton itu pilem tiga kali
BalasHapushihihiihhi....... :)
BalasHapus