Seekor kelesai terus menengadahkan kepalanya ke sebuah
pohon apel, menunggu jatuhnya sebuah apel merah merona, apel yang sudah ia incar selama
berbulan-bulan, sejak masih dalam rupa kuncup.
Sayangnya, apel itu seperti menolak
tarikan gravitasi dibawahnya, tak kunjung jatuh. Tinggallah si kedelai meratapi
nasib, sungguh malang nasibku, saya hanya
ingin mengecap manisnya sebiji apel itu, tapi Tuhan tak memedulikanku sama
sekali.
Saking sibuknya dengan kesedihannya, ia tak punya waktu untuk
melihat ke sekitarnya, disana terhampar kebun anggur yang subur, buah-buahnya jatuh
berserak di rerumputan, bahkan banyak yang sudah membusuk.
Sang keledai, terlalu
sibuk memimpikan manisnya buah apel, hingga tak pernah terpikirkan
olehnya untuk mencoba mengecap manisnya anggur.
Ia terus dirundung sedih dan kelaparan,
di tengah kebun anggur yang subur dan luas.
Sungguh, rejeki selalu datang dari segala arah. hanya saja, terkadang kita terlalu fokus pada satu pintu yang tak kunjung
tersingkap.
Kemudian, kita berteman dekat dengan kesepian dan kesedihan.
Kemudian, kita berteman dekat dengan kesepian dan kesedihan.