Sudah lama kita tidak saling menyapa. Mungkin menurutmu ini
hanyalah alibi yang sengaja saya buat untuk menutupi kemalasanku, tidak apa,
tapi saya memang seperti baru saja mengalami koma, detik-detik kehidupanku serasa berhenti. Atau, mungkin saja saya
sedang membuat spasi kehidupan. Entahlah...
Menyaksikan penderitaan om saya melawan sakitnya
selama hampir dua minggu, sebelum akhirnya menyerah dan menghembuskan nafas
terakhirnya berlahan dan senyap, resmi menjadi kado awal tahun yang suram dan
hikmat di tahun
2014 ini (060120141930).
Hidup sungguh adalah sebuah misteri. Kematian adalah teman setia yang selalu
mengintai kapan saja.
Untuk pertama kalinya saya menyaksikan seseorang
yang mengalami sakratul maut. Sebelumnya, bayangan saya tentang sakratul maut
itu sangatlah menakutkan dan mistis. Akan tetapi, ternyata
tidak menakutkan sama sekali, yang ada saya melihat kebesaran Tuhan di sana. Saya sepakat dengan frase “sering-seringlah
melayat dan menjenguk orang sakit”,
karena dengan begitu engkau akan menyadari betapa kecil dirimu dan betapa Maha Besar Tuhanmu. Kematian
datang dengan dua cara, mendadak atau dengan berlahan, sangat berlahan, butuh
waktu bertahun-tahun, seperti yang dialami oleh om saya.
Saya masih ingat sekali. Di sore hari yang
gerimis, sehabis shalat Ashar, saya ingin sekali menjenguk om saya yang dirawat
di rumah nenek. Sesampai disana, istrinya sedang membacakan surah Yasin di
sampingnya, sementara om saya hanya terdiam baring menatap nanar ke depan. Pandangan
matanya kosong, saya mencoba mengajaknya bicara, tak ada respon dan tak ada lagi bayangan saya di bola matanya.
Bergantian kami mencoba membangunkannya, dia tetap saja bergeming. Lalu
kemudian ada sekat di ubun-ubunnya yang kemudian melembek.
Satu persatu denyut nadinya menghilang. Dan kemudian jantungnya berhenti
berdetak. Matanya semakin meredup. Dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya
lembut dan pelan. Dia mengalami sakratul maut selama tiga jaman, tetapi
penyakit itu menyiksanya hampir dua tahun. Kini dia telah menghadap ke Sang
Khalik. Semoga penyakit yang dia derita sebelum meninggal menjadi penghapus
dosa-dosanya, semoga Tuhan memberikan tempat terbaik untuknya. Dan untuk ketiga
anak yatim itu, semoga kami semua bisa bertanggung jawab dan ikut membesarkan
mereka sampai kelak mereka mandiri dan menjadi anak yang berbakti dan
bermanfaat bagi sesamanya.
Siklus hidup ini memang seperti lingkaran. Kita
terlahir dalam kondisi yang sangat lemah dengan indra yang belumlah berfungsi
sama sekali. Demikian juga ketika memasuki masa uzur. Satu persatu fungsi indra
kita menghilang. Saat menghadapi sakratul maut, kondisi fisik manusia persis
seperti bayi yang baru dilahirkan. Ubun-ubun yang lembek, bola mata hitam yang
tidak memantulkan bayangan, dan air mata yang menetes di sudut mata. Tuhan
sungguh luar biasa memberikan tanda itu.
Purnama
Apakah kau masih di sana?........
Minggu 12 Januari 2014