Malam sudah beranjak remaja,
ketika Elf minibus memboyong kami berlima belas menuju ke ujung paling barat pulau
jawa. Tidak banyak aktifitas selama dalam perjalanan, selain suara sayup-sayup tiga
orang gadis Amerika Latin ngobrol dengan bahasa espanyola, sementara yang
lainnya sibuk memperbaiki posisi duduk mencari posisi ternyaman dan memaksa diri
untuk tidur. Dua jam sebelum sampai ke titik tujuan “Taman Jaya”, goncangan Elf
memaksa seluruh penumpang untuk bangun, seakan mengajak kami ikut menikmati goyangan ombak di sisi kanan jalan dan bersuka
cita menyambut matahari pagi yang terbit memerah di ufuk timur. Perjalanan
selama delapan jam dari Jakarta ke Taman Jaya serasa hanya seperti kilatan
cahaya, setelah berdiri di dermaga memandangi hamparan laut membiru dan
segerombolan burung pipit menyambar-nyambar membelah-belah pantai.
Rabu, 18 September 2013
Kamis, 12 September 2013
SAPARATOZZZZZZZZZ
Di tengah hebohnya pemberitaan vicky dan begitu akutnya penyakit latah
di negeri ini, saya malah dirundung rasa penasaran dan kagum terhadap sosok
nyentrik bernama Tony Blank.
Mungkin bagi sebagian orang, Tony Blank sudah sangat populer, terutama
bagi mereka yang rutin mengikuti TBS alias Tony Blank Show yang diunggah di
facebook secara berseri oleh Tim X-Code Yogyakarta. Tapi bagi saya ini masih
baru. Hehehe telat banget yah. Saya tidak bisa berhenti tertawa di depan layar
monitor menyaksikan kesaktian tony dalam menjawab semua pertanyaan-pertanyaan
si pewawancara. Tidak ada jawaban tidak tahu. Mas Tony adalah ensiklopedia berjalan
versi dirinya sendiri. It’s amazing
Tidak jauh berbeda dengan Vicky, Mas Tony sangat senang berbicara
menggunakan bahasa yang agak berbeda dan ngelantur kemana-mana, perlu
mengernyitkan dahi sejenak untuk memahaminya. Bedanya, Tony blank dalam setiap racauannya
selalu menyelipkan pesan moral dan ketulusan, meskipun selalu diikuti dengan
imaginasi yang melebar kemana-mana dan tidak terduga-duga, sementara Vicky meracau
dengan tingkat kesombongan dan ketidaksadaran yang akut. Saya agak susah
membedakan, yang tidak waras sebenarnya siapa, Tony atau Vicky?
Rabu, 11 September 2013
Latahisasi Vicky
Seperti sunami, wabah vickynisasi menerjang setiap individualisasi yang ada di muka bumi indonesia ini. Hotnya berita Si Dul pun terkilling diganti dengan komentar-komentar bergaya vickynisasi setiap orang yang memiliki akses internet dan sosial media. Tanpa direalize, vickynisasi sebenarnya sudah menjadi gaya bahasa yang sering kita temukan, terutama di kalangan generation yang menamakan dirinya intelek muda, profesional, aplikatif, sininisme, nihilisme, marxisme, liberalisme, religius, eksekutif, yudikatif, legislatif, dan banyak lainnya. Coba tengok di kampus-kampus, lembaga-lembaga baik profit maupun nonprofit, di instansi-instansi negara, organisasi-organisasi, dimana-mana anda akan menemukannya dengan sangat mudah.
Why so serious then???
Oh iya, bukan serius, tapi cuma meledek, mentertawakan, looking down, dan semacamnya. Kitakan lebih bagus gaya bahasanya, lebih paham, lebih intelek, dan lebih waras dari vicky.
Bukan begitu?
begitu....
eh bukan....
auh ah elllap
Nb: oh iya, mereka yang sangat sering menggunakan kata-kata serapan nan rumit adalah para marxis. Buktikan sendiri dengan membaca artikel-artikel mereka. LOL
Minggu, 01 September 2013
Maka Menulislah
1
September 2013
Yaiiiiiy, September is in the
house. Every body made status "September ceriaaaa". I also hope September we’ll be nice to me.
The sun is very hot out there, whereas i
should go to pasar baru to buy some stuffs, i also couldn't take a nap. So I woke
up, opened my computer, and I found my diary. It’s really funny every time I
read my diary. I can feel how I grow up time to time. But the consistent one is
I’m the optimist one. heuheu. I have been grown up, from innocent teenager to
mature women. I have huge dreams, and I've brought some of it to reality, the
rest is on progress, Insya Allah I'll make it real.
I just can’t stop laughing every
time I read my diary, for example these notes
Elysium
Dari Elysium, engkau akan melihat betapa bumi
itu sangat indah, jangan pernah melupakan, bumilah tempatmu berasal.
Di
elysium, kehidupan seperti surga. Rerumputan dan pepohonan terhampar indah.
Sungai-sungai mengalir jernih membelah kota. Semua jenis penyakit bisa
disembuhkan. Tak ada polusi dan hingar bingar suara kendaraan atau pabrik.
Semua pekerjaan dan keperluan manusia dikerjakan oleh robot. Kegiatan penduduk
Elysium hanyalah bersenang-senang dan tentunya mempertahankan apa yang mereka
miliki. Menjaga agar penduduk bumi yang menjijikkan tidak menembus atmosfer
Elysium dan mencemari udara Elysium dengan bau mulutnya.
Sementara
di bawah sana, di bumi, penduduknya sekarat. Populasi manusianya tidak
terkendali, berbanding terbalik dengan sumberdaya alamnya yang habis tak
tersisa. Kemiskinan, polusi, sampah, reruntuhan gedung, penyakit, adalah teman
sehari-hari mereka. Orang-orang kaya, semuanya telah pindah ke Elysium.
Ide cerita seperti ini bukanlah yang pertama, di
tahun 2013 setidaknya ada dua film yang memiliki ide yang sama. Up Side Down dan
Oblivion, dimana si miskin dan si kaya hidup terpisah, yang miskin
tetap di bumi dengan segala kemelaratannya, sementara si kaya membuat kehidupan
baru yang super duper canggih di luar angkasa. Tapi Elysiumlah yang paling
sukses menurutku, dari segi contain, skenario, dan yang terpenting Ellysium
tidak hanya memanjakan mata dengan action dan sinematografi yang keren, tetapi
juga mengekploitasi humanisme.
Langganan:
Postingan (Atom)